Liputan6.com, Jakarta - Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Api-api, Sumatera Selatan diminati investor asal Rusia, Jepang, dan India. Investor tersebut ingin membangun infrastruktur minyak dan gas bumi (migas).
Sekretaris Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus, Enoh Suharto Pranoto mengatakan, investor Rusia dan Jepang akan membuat perusahaan patungan, dengan menggandeng perusahaan Indonesia. Nilai investasi mencapai 10 miliar euro.
‎"Investor masuk yang besar itu ke Tanjung Api-api perusahaan Rusia dengan Indonesia dan Jepang. Itu hampir 10 miliar euro," kata Enoh, di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (2/6/2017).
Advertisement
Enoh mengungkapkan, investor tersebut akan membangun infrastruktur migas antara lain fasilitas pengolahan minyak‎ (kilang), tangki penyimpanan, dan industri petrokimia. ‎"Dia akan bangun refinery di sana lalu tangki timbun, tangki oil dan petrokimia," ujar Enoh.
Baca Juga
Enoh melanjutkan, selain itu ada investor lain asal India, yaitu Indorama ‎yang berencana membangun fasilitas regasifikasi di KEK Tanjung Api-api. Investasi yang akan digelontorkan mencapai US$ 11 triliun-US$ 12 triliun.
"Lalu Indorama dari India. Itu juga regasifikasi. Di Tanjung Api-api. Sekarang memang proses pembangunan," tutur Enoh.
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar pengembangan KEK Tanjung Api-Api, Sumatera Selatan dipercepat. Adanya KEK ini diharapkan mampu meningkatkan investasi dan pertumbuhan ekonomi di provinsi tersebut.
Jokowi mengungkapkan, pada 2016 lalu, pertumbuhan ekonomi di Sumatera Selatan mencapai 5,03 persen atau sedikit di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan adanya KEK, maka pertumbuhan ekonomi di provinsi tersebut bisa melesat melebihi pertumbuhan ekonomi nasional.
"Saya juga minta percepatan pembangunan kawasan ekonomi khusus KEK Tanjung Api-Api dan kemungkinan pengembangan di Tanjung Carat. Saya yakin pemain kawasan ekonomi akan mampu menciptakan lapangan pekerjaan yang baru sekaligus menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi di Sumatera Selatan, yang pada tahun 2016 bisa tumbuh 5,03 persen, sedikit di atas rata-rata nasional," ujar dia.
Keberadaan KEK di sebuah provinsi akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya di wilayah tersebut. Di Sumatera Selatan potensial untuk menarik sejumlah sektor investasi antara lain  petrokimia, otomotif, elektronik dan lain-lain.
"Kawasan ekonomi khusus ini juga bisa dikembangkan untuk menampung minat investasi sektor industri pengolahan mulai petrochemical, maupun pengembangan investasi di industri otomotif, elektronik, industri manufaktur dan lain-lainnya," kata dia.
Seperti diketahui, pemerintah menargetkan 11 Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Indonesia mampu menyedot investasi senilai Rp 720 triliun sampai dengan 2025. Pemerintah saat ini tengah memproses usulan beberapa KEK baru untuk menciptakan pusat-pusat pertumbuhan baru di luar Jawa.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan, ada 11 KEK yang tersebar di seluruh Indonesia. Antara lain, KEK Maloy Batuta Trans Kalimantan, KEK Sorong, KEK Morotai, KEK Bitung, KEK Palu, KEK Mandalika, KEK Tanjung Lesung, KEK Tanjung Kelayang, KEK Tanjung Api-api, KEK Sei Mangkei, dan KEK Arun Lhokseumawe.
Â
Â