Liputan6.com, Jakarta Pemerintah memastikan keberadaan daging kerbau impor dari India tidak akan mengancam keberadaan peternak lokal. Sebab, impor daging kerbau tersebut hanya bersifat sementara.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) I Ketut Diarmita mengatakan, ‎pemerintah tetap konsisten memprioritaskan dan memperhatikan usaha peternakan rakyat dan keberadaan ternak lokal untuk memenuhi daging sapi dalam negeri.
Impor ini dilakukan mengingat ketersediaan produksi daging sapi lokal pada 2017 belum mencukupi kebutuhan nasional. Berdasarkan prognosa, produksi daging sapi di dalam negeri pada tahun ini sebesar 354.770 ton, sedangkan perkiraan kebutuhan sebesar 604.968 ton.
Baca Juga
"Sehingga untuk memenuhi kekurangannya dipenuhi dengan impor, baik dalam bentuk impor sapi bakalan maupun daging," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat (9/6/2017).
Ketut menyatakan pemasukan daging kerbau ke Indonesia melalui penugasan dari pemerintah kepada Perum Bulog bertujuan bukan untuk mengguncang harga daging sapi lokal. Tetapi untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat yang belum bisa menjangkau harga daging sapi agar ada alternatif bagi mereka untuk menjangkaunya.
Menurut dia, kontroversi yang terjadi di masyarakat terhadap masuknya daging kerbau ini lantaran harga jual daging kerbau eks-impor yang jauh lebih murah dari harga daging sapi lokal. Sehingga dihawatirkan akan mengurangi permintaan daging sapi lokal
“Pemerintah memastikan, dengan adanya kebijakan impor sapi daging beku asal India tersebut tidak akan menimbulkan distorsi harga dan tertekannya harga ternak lokal yang menyebabkan menurunnya pemotongan sapi lokal di Rumah Potong Hewan (RPH)," kata dia.
‎Selain itu, ujar Ketut, dengan penggelontoran daging kerbau eks-impor, harga daging sapi segar tetap bertahan di kisaran Rp 110 ribu-Rp 120 ribu per kilogram. Harga tersebut dianggap masih wajar dan tetap memberikan keuntungan bagi para peternak sapi lokal.
"Sedangkan untuk harga sapi lokal di berbagai daerah sentra produsen masih sekitar antara Rp 40 ribu sampai dengan Rp 47 ribu per kilogram berat hidup tergantung kondisi sapinya. Dengan kisaran harga tersebut, peternak lokal masih mendapatkan keuntungan," tandas dia.
Advertisement