Pengusaha: Mitos RI Punya Pantai Terpanjang buat Produksi Garam

Jawa Barat memiliki banyak wilayah pantai. Namun, saat ini hanya dua daerah yang di provinsi tersebut yang bisa menghasilkan garam.

oleh Septian Deny diperbarui 04 Agu 2017, 12:11 WIB
Diterbitkan 04 Agu 2017, 12:11 WIB
Mereka yang Rasakan Pahitnya Harga Garam
Petani garam Madura. (Liputan6.com/Mohamad Fahrul)

Liputan6.com, Jakarta Asosiasi Industri Pengguna Garam Indonesia (AIPGI) menilai Indonesia masih butuh waktu panjang untuk mencapai target swasembada garam. Sebab, banyak banyak pekerjaan rumah (PR) yang harus diselesaikan pemerintah jika ingin mencapai target tersebut.

Sekretaris Jenderal AIPGI Cucu Sutara mengatakan, meskipun Indonesia memiliki garis pantai yang panjang, namun tidak semua wilayah pantai bisa dijadikan sentra produksi garam. Ada kriteria tertentu yang harus dipenuhi untuk bisa jadi penghasil garam, salah satunya soal cuaca dan kadar air.

"Katanya kita punya pantai terpanjang, tapi kan itu mitos," ujar dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Jumat (4/8/2017).

Dia mencontohkan, Jawa Barat memiliki banyak wilayah pantai, namun saat ini hanya dua daerah yang di provinsi tersebut yang bisa menghasilkan garam yaitu Cirebon dan Indramayu. Sementara itu di pulau lain seperti Kalimantan, hampir tidak ada garam yang diproduksi dari pulau tersebut.

"Tidak ekonomis kalau semua pantai dibikin lahan garam, seperti Pangandaran, Pelabuhan Ratu, tidak bisa dijadikan garam, karena struktur tanah dan kadar airnya berbeda dan tidak menghasilkan garam. Jawa barat saja begitu banyak pantai hanya dua yang hasilkan garam Cirebon dan Indramayu. Di Kalimantan tidak ada penghasil garam," jelas dia.

Sedangkan wilayah yang memiliki potensi besar untuk menjadi penghasil garam nasional masih memiliki beragam kendala. Salah satunya soal transportasi dan permodalan bagi para petani garam.

"Ada beberapa persoalan. Pertama, cuaca tidak menentu, bisa saja di daerah yang panasnya panjang seperti Flores, Sabu, Ende, tapi cost-nya tinggi. Kalau dari Flores dikirim ke Jawa Barat berapa cost-nya.‎ Teknologi kita juga masih sangat sederhana. Beda dengan negara lain, lautnya dibendung, pakai satelit," kata dia.

Oleh sebab itu, lanjut Cucu, selama tidak ada keseriusan pemerintah untuk mendorong produksi garam di dalam negeri, maka target untuk mencapai swasembada garam masih jauh dari kenyataan.

"Ya kalau swasembada untuk konsumsi saya kira bisa, kita juga bagus. Tapi kalau untuk (garam) industri masih jauh. Bagi kami pengusaha selama garam disiapkan di dalam negeri kami siap (menyerap), tapi impor ini kan karena kekurangan garam lokal," tandas dia.

Tonton video menarik berikut ini:

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya