Harga BBM Subsidi Tak Naik Bikin Laba Pertamina Susut

Pada pendapatan, Pertamina membukukan US$ 20,5 miliar selama semester I 2017, tumbuh 19 persen dibandingkan semester pertama 2016.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 16 Agu 2017, 13:42 WIB
Diterbitkan 16 Agu 2017, 13:42 WIB
Ilustrasi Perusahaan Minyak dan Gas Pertamina
Ilustrasi Perusahaan Minyak dan Gas Pertamina

Liputan6.com, Jakarta Laba bersih PT Pertamina (Persero) selama semester 1 2017 mencapai US$ 1,4 miliar, turun sekitar 24 persen dibandingkan periode yang sama di 2016 yang sebesar US$ 1,83 miliar.

Direktur Utama PT Pertamina Elia Massa Manik mengungkapkan, turunnya laba selama semester pertama tahun ini, antara lain dipicu harga bahan bakar minyak (BBM) solar bersubsidi dan premium penugasan yang ditetapkan pemerintah tidak naik sampai September 2017. Sementara harga minyak naik pada semester pertama 2017 dibanding semester pertama 2016. 

"Tahun 2016-2017 semester pertama bisa dilihat bahwa secara rata-rata itu harga crude price itu sampai September enggak ada kenaikan harga itu. Saya kira salah satu penyebab turunnya nett income‎," kata dia di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Rabu (16/8/2017).

‎Sedangkan pada pendapatan, Pertamina membukukan US$ 20,5 miliar selama semester I 2017, tumbuh 19 persen dibandingkan semester pertama 2016 yang tercatat US$ 17,2 miliar. Hal ini ditunjang pertumbuhan penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) nonsubsidi.

Sementara EBITDA Pertamina turun, dari US$ 4,1 miliar pada semester I-2016 menjadi US$ 3,16 miliar di periode yang sama tahun ini. 

Pertumbuhan pendapatan tersebut relatif lebih rendah, dibandingkan dengan pertumbuhan harga minyak mentah Indonesia (Indonesia crude price/ICP) yang mencapai US$ 48,9 per barel atau naik 35 persen dibandingkan periode yang sama di tahun lalu.

Di satu sisi, naiknya harga minyak mentah telah menjadi insentif bagi bisnis hulu. Namun, kenaikan harga minyak mentah tersebut juga berpengaruh pada peningkatan beban pokok penjualan di sektor hilir yang berdampak pada perolehan laba bersih perusahaan kendati secara operasional sektor hilir juga tumbuh positif.

"Pada semester pertama 2017, kondisi lingkungan eksternal masih sangat volatil dengan tren harga minyak dunia terus meningkat," tutup Elia.

Tonton video menarik berikut ini:

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya