Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak naik tajam pada penutupan perdagangan Jumat (Sabtu pagi waktu Jakarta). Pendorong kenaikan harga minyak adalah karena pelemahan dolar AS dan juga penurunan jumlah kilang minyak yang beroperasi di Amerika Serikat (AS).
Mengutip Reuters, Sabtu (19/8/2017), harga minyak mentah AS (WTI) di pasar berjangka untuk pengiriman September naik US$ 1,42 atau 3 persen menjadi US$ 48,51 per barel. Sedangkan untuk harga minyak Brent yang merupakan patokan globa di pasar berjangka untuk pengiriman Oktober naik US$ 1,69 atau 3,3 persen menjadi US$ 52,72 per barel.
Harga minyak mentah Brent dan AS dalam sepekan ini sebenarnya telah mengalami penurunan mingguan lebih dari 2 persen, namun rally tajam Jumat membuat Brent mendapat kenaikan mingguan 1,5 persen sementara minyak mentah AS menyelesaikan pekan ini hampir datar.
Advertisement
Baca Juga
Pendorong kenaikan harga minyak karena perusahaan energi di AS memotong jumlah sumur minyak yang beroperasi untuk minggu kedua Agustus ini. Perusahaan energi Baker Hughes melaporkan bahwa pemotongan jumlah sumur minyak yang beroperasi tersebut sebagai aksi atas pelemahan harga minyak.
Awal pekan ini, data pemerintah menunjukkan bahwa produksi minyak mentah di Amerika Serikat masih meningkat.
Pendiri Tyche Capital Advisors Tariq Zahir mengatakan, meskipun terjadi kenaikan pada perdagangan Jumat, fundamental untuk minyak tetap akan bearish karena musim berkendara di AS mendekati akhir.
Sehari sebelumnya, harga minyak juga terdongkrak naik setelah laporan menyatakan ada penurunan persediaan di ladang minyak Cushing Oklahoma AS.
Persediaan di Cushinng, yang merupakan hub pengiriman minyak mentah Amerika Serikat turun lebih dari satu juta barel di pekan ini, kata pedagang menyitir pernyataan dari Genscape, penyedia informasi industri energi.
Tonton Video Menarik Berikut Ini: