Jadi Pengangguran Atau Bekerja Tapi Stres, Mana yang Lebih Baik?

Bekerja dan mencari uang memang sudah menjadi prioritas hidup orang banyak. Tapi, tidak semua pekerjaan nyatanya lebih baik dari menganggur.

oleh Vina A Muliana diperbarui 11 Sep 2017, 07:00 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2017, 07:00 WIB
20160223-Ilustrasi-Pengganguran-iStockphoto
Ilustrasi Tidak Bekerja atau Pengangguran (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta Lebih baik menganggur tanpa pekerjaan atau bekerja tapi stres?. Jika harus memilih, banyak orang mungkin tidak akan memilih keduanya. Tapi hal itu justru berbeda dengan hasil riset yang dilakukan peneliti dari Manchester University di Inggris.

Riset yang dipublikasikan dalam International Journal of Epidemiology tersebut menyebut, menjadi pengangguran adalah alternatif yang lebih baik ketimbang menerima pekerjaan yang memicu stres, atau bayarannya tak seberapa.

Ini karena adanya fakta jika banyak orang yang justru mengalami permasalahan kesehatan saat harus bekerja dengan kualitas kurang baik.

"Sama halnya dengan pekerjaan yang baik akan berdampak baik bagi
kesehatan, pekerjaan yang buruk juga bisa berdampak buruk bagi
kesehatan," kata Prof Tarani Chandola yang memimpin penelitian tersebut,
seperti dilansir dari Dailymail, Senin (11/9/2017).

Bekerja dan mencari uang memang sudah menjadi prioritas hidup orang banyak. Tapi hasil dari penelitian ini mengindikasikan bahwa kualitas pekerjaan memegang peran penting dalam kesehatan dan kesejahteraan seseorang secara keseluruhan.

Apabila bekerja dalam lingkungan yang tidak kondusif, seorang pekerja bisa memiliki tekanan darah dan kolesterol yang lebih tinggi. Alhasil, risiko mengalami stroke dan tekanan jantung pun jauh lebih besar.

Hasil pengamatan menunjukkan, perubahan status dari menganggur menjadi punya pekerjaan tetapi tidak berkualitas, berdampak pada berbagai indikator kesehatan. Termasuk di antaranya adalah kadar gula darah dan kolesterol yang memburuk.

Dalam penelitian tersebut, para ilmuwan menganalisis 1.116 orang berusia 35-75 tahun yang menganggur pada 2009-2010. Para partisipan diamati hingga 2 tahun kemudian, sambil diukur beberapa indikator kesehatannya. Di antaranya meliputi tes darah.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya