Sri Mulyani Kumpulkan Ekonom Bahas Ekonomi RI di 2018

Pemerintah berkomitmen mendorong investasi di sektor infrastruktur.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 07 Nov 2017, 20:11 WIB
Diterbitkan 07 Nov 2017, 20:11 WIB
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi dunia
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi dunia (Liputan6.com/Andri Wiranuari)
Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati mengumpulkan sejumlah ekonom untuk membahas pertumbuhan ekonomi terkini dan prospek 2018. Pemerintah optimistis terhadap pertumbuhan ekonomi disokong konsumsi rumah tangga, investasi, dan ekspor. 
 
Dari pengamatan Liputan6.com, Jakarta, Selasa (7/11/2017), beberapa ekonom yang terlihat hadir dari PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede; Ekonom Standard Chartered Bank, Aldian Taloputra; Ekonom Development Bank of Singapore (DBS), Gundy Cahyadi; Pengamat Pajak Danny Darussalam Tax Center (DDTC), Bawono Kristiaji, dan lainnya.   
 
Analis Meeting ini digelar pukul 16.00 sampai sekitar pukul 18.00 WIB di Aula Mezzanine Gedung Kementerian Keuangan, Jakarta. Dipimpin langsung Menkeu, Sri Mulyani Indrawati dan didampingi beberapa pejabat Eselon I Kemenkeu. 
 
Josua mengatakan, pertemuan para ekonom dan Sri Mulyani mengulas perkembangan ekonomi dan outlook perekonomian di 2018 yang kondisinya diperkirakan membaik.
 
"Pemerintah masih optimis mendorong pertumbuhan ekonomi, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) didorong untuk kegiatan produktif, infrastruktur, dan belanja sosial," kata Josua. 
 
Lebih jauh dia menambahkan, hal ini ditunjukkan dengan penambahan jumlah penerima Program Keluarga Harapan (PKH) dan beras untuk masyarakat sejahtera (rastra). Dengan upaya ini, diharapkan dapat menjaga momentum, terutama konsumsi rumah tangga.
 
"Kuartal III-2017 kan konsumsi rumah tangganya tumbuh di bawah 5 persen dan itu sebetulnya konsennya yang pertama," ujarnya. 
 
Kedua, lanjut Josua, pemerintah berkomitmen mendorong investasi di sektor infrastruktur untuk menutupi gap atau mengejar ketertinggalan, membuka potensi-potensi ekonomi baru.
 
"Ini akan berdampak tidak dalam jangka pendek, tapi jangka panjang, dan cenderung positif mendorong konsumsi serta ekonomi lainnya," tuturnya.
 
Josua menuturkan, pemerintah masih optimistis dengan perkembangan ekonomi global. Contohnya China yang mengalami pertumbuhan ekonomi lebih baik dari perkiraan. 
 
"Ekspor kita di kuartal III-2017 tumbuh 17 persen, karena faktor ekonomi global yang membaik dan harga komoditas. Kalau investasi, bagaimana mendorong supaya investasi dipacu, dan menjadi salah satu pendorong ekonomi kita, selain konsumsi rumah tangga," jelasnya. 
 
Sementara itu, Aldian menuturkan, pertemuan dengan Sri Mulyani membahas realisasi pertumbuhan ekonomi di kuartal III yang sebesar 5,06 persen. Dinilainya masih tumbuh positif dengan pendorongnya pertumbuhan investasi yang lebih tinggi dari ekspektasi. 
 
"Memang angkanya di bawah market, tapi kalau kita lihat dari sebelumnya masih membaik. Pemerintah juga masih konfiden untuk target 2018, karena reformasi pajak sama dengan efektivitas spending, sehingga menjadi pendorong," paparnya. 
 
Terkait perlambatan konsumsi rumah tangga, diakui Aldian, menjadi salah satu perhatian pemerintah. Oleh karenanya, pemerintah mengalokasikan belanja sosial lebih besar dengan penambahan jumlah penerima PKH. 
 
"Infrastruktur kan kalau lihat prosesnya, benefit masih tunggu waktu. Kalau sekarang kan baru spending-nya saja, misalnya spending konstruksinya tapi benefit ke ekonomi sendiri belum semua," pungkasnya. 

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya