Rumus Mentan biar RI Tak Lagi Impor Beras

Jika Indonesia tidak mau mengimpor beras, maka petani harus menanam satu juta benih per hektare tiap bulan.

oleh Arthur Gideon diperbarui 16 Nov 2017, 19:30 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2017, 19:30 WIB
Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman melakukan panen padi perdana di Desa Tanete, Kecamatan Simbang, Maros, Kamis (16/11/2017).
Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman melakukan panen padi perdana di Desa Tanete, Kecamatan Simbang, Maros, Kamis (16/11/2017).

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menjelaskan, untuk mencukupi kebutuhan beras nasional, ia memiliki rumus yang menjadi solusi permanen pertanian Indonesia. Menurutnya, jika Indonesia tidak mau mengimpor beras, maka petani harus menanam satu juta benih per hektare tiap bulannya.

"Kalau satu hektare dikali enam, minimalnya sudah enam juta ton. Kita bagi dua, sudah tiga juta ton beras. Itu rumusnya. Jika hal itu dilakukan, sampai 100 tahun kita tidak impor. Semoga Menteri berikutnya lebih tangguh," katanya saat panen padi perdana di Desa Tanete, Kecamatan Simbang, Maros, Kamis (16/11/2017). Amran memanen padi jenis ciherang IP 300 dengan menggunakan mesin traktor.

Desa Tanete memiliki sawah tadah hujan seluas 400 hektare. Panen padi jenis ciherang dengan IP 300 hasilnya memuaskan. Petani bisa memanen 7 sampai 8 ton padi per hektare. Padahal, petani hanya mengandalkan air dari sumur dan sungai. Untuk menggunakan air secara maksimal, petani menggunakan pompa air.

"Kalau dikali tujuh sampai delapan ton, itu jadi 320 ribu ton padi. Itu jumlah yang sangat besar," kata Amran.

Usai panen padi, Amran dan pejabat lainnya juga menyemai benih padi ke lahan baru dan berdialog dengan kelompok Rumbia. Dia juga memberi bantuan 2 ekskavator, 10-20 mesin traktor, dan Combain Harvester, pompa air dan pupuk ke kelompok tani.

"Saya minta tolong apa yang diminta mereka (petani) tolong direalisasi secepatnya. Kecuali untuk ekskavator beri saya waktu dalam dua bulan," pungkas Mentan Amran.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

500 ribu hektare sawah

Sebelumnya, Kementerian Pertanian (Kementan) akan mengubah area rawa menjadi lahan pertanian di 2018. Hal tersebut menjadi bagian dari program cetak sawah guna meningkatkan lahan pertanian di dalam negeri.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan, area rawa yang akan digarap di tahun depan berada di Sumatera Selatan dan Kalimantan.

"Di 2018, rencana kami ada yang menarik sekarang. Kita menggarap swamp land, lahan pasang surut seperti y‎ang terjadi di Sumatera Selatan dan Kalimantan," ujar dia di Kantor Kementan, Jakarta, Senin (6/11/2017).

Dia menargetkan, ada sekitar 500 ribu hektare (ha) areal rawa yang akan digarap dan dijadikan lahan persawahan dalam program ini. Sebagai tahap awal, akan digarap sekitar 1.000 ha terlebih dulu.

"Itu dulunya rumput, kita coba 1.000 ha. Dulunya banjir, naik perahu ke sana, tetapi 1.000 ha jadi produktif. Di sana ada 500 ribu ha, ini kita garap," kata dia.

Amran Sulaiman menuturkan, setiap satu hektare lahan akan menghasilkan 6 ton-8 ton gabah, sehingga dari 500 ribu ha tersebut ditargetkan bisa memberikan tambahan empat juta ton gabah dan panen tiga kali dalam setahun.

"Katakan lah 500 ribu ha. Itu (per hektare) 6 ton atau 8 ton, 500 ribu kali 8 ton, itu 4 juta ton. Kalau kali tiga (panen), itu 12 juta ton tambahan gabah. Ini luar biasa biasa, tadinya nol jadi panen tiga kali," ujar dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya