Begini Kondisi Industri Pelayaran RI di Tahun Depan

Secara umum bisnis pelayaran nasional pada tahun depan cukup stabil, terutama pada pelayaran domestik.

oleh Nurmayanti diperbarui 21 Nov 2017, 17:28 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2017, 17:28 WIB
Ilustrasi kapal angkutan laut
Ilustrasi kapal angkutan laut. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Industri pelayaran nasional optimistis memandang prospek bisnis tahun depan. Kondisi industri Pelayaran secara nasional dinilai stabil, kendati masih ada sektor pada industri ini yang belum menunjukkan tren menggembirakan pada tahun depan. Salah satu sektor tersebut, adalah pelayaran lepas pantai (offshore).

Ketua Umum DPP Indonesian National Shipowners' Association (INSA) Carmelita Hartoto mengatakan, kondisi pelayaran offshore belum benar-benar menggeliat pada tahun depan.  Hal ini akibat harga minyak dunia yang belum benar-benar berada pada level ideal.

Sejak turunnya harga minyak dunia, banyak aktivitas kontrak kerja sama (K3S) yang ditinjau kembali, atau bahkan disetop. Akibatnya, penggunaan kapal offshore juga mengalami renegoisasi atau disetop.  

“Dan hingga saat ini, belum terlihat geliat offshore pada tahun depan, karena harga minyak belum menunjukkan level ideal untuk dilakukan aktivitas pengeboran kembali,” ujarnya.

Dinamika bisnis juga terjadi pada sektor pelayaran muatan cair. Prospek sektor pelayaran muatan cair lebih pada angkutan ekspor ketimbang angkutan domestik. Terutama pada muatan crude palm oil (CPO) yang disebabkan produsen lebih memilih ekspor ketimbang domestik.

Sebagai gambaran, terjadi kenaikan nilai ekspor CPO karena adanya penaikan harga CPO global pada2016.

 

Kenaikan Muatan pada Armada Tongkang

Sementara itu, Sekretaris Umum DPP INSA Budhi Halim mengatakan secara umum bisnis pelayaran nasional pada tahun depan cukup stabil, terutama pada pelayaran domestik.

Misalnya, pada angkutan batubara curah yang sudah mulai membaik. Armada jenis tongkang dan tug boat saat ini tidak ada lagi yang idle atau menganggur. Bahkan, cenderung mengalami kekurangan kapal pada saat ini.

Hal ini disebabkan, adanya peningkatan muatan angkut sebagai dampak dari gencarnya pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah, khususnya di wilayah timur Indonesia.

Kapal jenis ini mendapat permintaan melakukan pengiriman batu, beton, pasir, semen dan lainnya.

“Bisnis kapal tongkang juga semakin menggeliat, yang disusul peningkatan permintaan pengiriman batubara,” jelas dia.

Di sisi lain, angkutan general kargo dan kontainer juga relatif stabil, karena pada sektor pelayaran ini sangat bergantung pada naik dan turunnya demand masyarakat dan kondisi ekonomi nasional, yang tumbuhsebesar 5,01 persen pada kuartal I dan kuartal II 2017.

Selain itu, didorong konsistensi pemerintah menggenjot pembangunan infrastruktur nasional.

Jadi, secara umum industri pelayaran nasional cukul stabil dan cenderung membaik terutama dengan adanya kebijakan pemerintah yang pro-maritim dengan program Tol Laut dan Poros Maritim Dunia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya