Pertamina Bantah Terjadi Kelangkaan Elpiji 3 Kg

Pertamina menyatakan stok elpiji secara nasional dalam kondisi aman yaitu 18,9 hari atau jauh di atas stok minimal 11 hari.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 08 Des 2017, 10:59 WIB
Diterbitkan 08 Des 2017, 10:59 WIB
Pasokan Elpiji 3 Kg di Malang Ditambah 15 Persen
Pasokan elpiji 3 kg ditambah guna memastikan tidak ada kelangkaan stok selama ramadan (Pertamina)

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) menyatakan tidak pernah mengurangi penyaluran elpiji subsidi ukuran 3 kilogram (kg) ke masyarakat. Penegasan ini menjawab isu kelangkaan elpiji 3 kg di sejumlah daerah yang mulai menimbulkan keresahan masyarakat.

Direktur Pemasaran Pertamina, Muchamad Iskandar, menegaskan stok nasional elpiji berada pada kondisi aman, yaitu 18,9 hari atau 19 hari, jauh di atas stok minimal 11 hari. Perusahaan berusaha menjaga stok elpiji pada kisaran level aman 15-19 hari.

"Jadi masyarakat tidak perlu merasa khawatir kekurangan elpiji. Stok elpiji nasional lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kami penuhi berapa pun kebutuhan masyarakat," tegas dia saat konferensi pers di kantornya, Jakarta, Jumat (8/12/2017).

Iskandar mengaku, total stok elpiji nasional mencapai 113,6 ribu metrik ton. Sementara rata-rata penyaluran harian elpiji 24 ribu metrik ton, sehingga rata-rata ketahanan stok nasional pada level 19 hari.

"Kami masih mencari penyebab terjadinya isu kelangkaan, tapi kalau lihat data realisasi penyaluran elpiji 3 kg secara harian, tidak ada pergerakan penurunan sama sekali," dia menerangkan.

Pertamina bantah terjadi kelangkaan elpiji (Foto: Liputan6.com/Fiki A)

Realisasi penyaluran tabung subsidi sepanjang Juli-November 2017, Iskandar menuturkan, berkisar 20,2 ribu-20,3 ribu metrik ton per hari. Bahkan, dilihat dari data penyaluran dari Januari pun, diakuinya mengalami rekor.

"Berarti tidak benar kalau ada isu pengurangan. Kadang-kadang dipelintir subsidi dikurangi. Malah di Desember ini kami akan tingkatkan penyaluran 21 ribu metrik ton per hari," ujarnya.

Faktanya di lapangan, dia menjelaskan, terjadi peningkatan permintaan elpiji 3 kg di awal bulan ini atau di luar tren menjelang Natal dan Tahun Baru yang meningkat di akhir bulan.

"Biasanya kalau ada Natal dan Tahun baru, kebutuhan elpiji meningkat di akhir bulan, tapi ini di awal sudah muncul kenaikan," ujar Iskandar.

Oleh karena itu, ucapnya, penyaluran elpiji 3 kg sudah kembali ditingkatkan menjadi 23 ribu-24 ribu metrik ton guna mengamankan suplai dan masyarakat tidak susah mendapatkan elpiji.

"Sampai kapan penyaluran segitu? Sampai situasi ini (kelangkaan) mereda. Jadi kami minta masyarakat tidak resah dan gelisah, kami berkomitmen memenuhi kebutuhan masyarakat secara penuh," ujar Iskandar.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Elpiji 3 Kg Langka karena Kuota Dipangkas

Sebelumnya Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan, penyebab kelangkaan Elpiji bersubsidi atau Elpiji 3 kilogram (kg) di sejumlah daerah merupakan d‎ampak dari pemangkasan kuota dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBNP) 2017.

Direktur Pembinaan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Harya Adityawarman mengatakan, Kementerian ESDM selalu berkoordinasi dengan PT Pertamina (Persero) ketika mendengar kelangkaan Elpiji 3 kg. Koordinasi tersebut untuk mengetahui penyebab kelangkaan dan penanganannya.

"Jadi kami koordinasi setiap kali laporan kelangkaan. Kami minta Pertamina melakukan koordinasi penyebab kelangkaan apa," kata Harya di Jakarta, Rabu, 6 Desember 2017.

Untuk kali ini, kelangkaan Elpiji 3 kg yang dibungkus dengan tabung berkelir hijau tersebut disebabkan oleh pemangkasan kuota dalam APBNP 2017. Awalnya kuota ditetapkan 7 juta metrik ton (mt), kemudian terjadi pemotongan menjadi 6,1 mt.

"Biasanya kemarin kemungkinan ada volume di APBN turun dari 7 juta jadi 6,1 juta," tuturnya.

Harya melanjutkan, kuota Elpiji bersubsidi dikurangi, tetapi pertumbuhan konsumsi terus mengalami kenaikan sebesar 8 persen per tahun. Kondisi ini membuat masyarakat berkompetisi untuk mendapatkan Elpiji, karena jumlahnya terbatas.

"Selama ini memang volume realisasi itu semakin besar. Kemarin 2016 sekitar 6 jutaan koma sekian, sekarang ada pertumbuhan sangat tipis," jelas Harya.

Sebenarnya dalam perumusan APBNP 2017 Kementerian‎ ESDM mengusulkan pemangkasan dari 7 juta mt menjadi 6,5 juta mt. Hal ini dengan mempertimbangkan pertumbuhan konsumsi.

"Waktu itu APBNP saya ajukan di Kementerian ESDM 6,5 juta, tapi di Banggar diputuskan 6,1 juta," ucap Harya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya