Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kepada pelaku usaha tetap menjalankan kegiatan bisnisnya di tahun politik. Alasannya ekonomi Indonesia sudah teruji meski ada penyelenggaraan pemilihan kepala daerah (pilkada) maupun pemilihan presiden (pilpres).
"Menjelang 2018 makin banyak yang bertanya-tanya, kira-kira kondisi ekonomi Indonesia di tahun politik seperti apa," ujarnya saat acara Sarasehan 100 Ekonom di Puri Agung Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Selasa (12/12/2017).
Advertisement
Baca Juga
Jokowi lebih jauh mengatakan, banyak pihak menilai dunia usaha akan mengambil sikap wait and see atau menunggu dan mengamati di tahun politik (2018-2019). "Tapi pertanyaan saya sekarang, kalau mau wait and see sampai kapan," ucap mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
Dia menyebut, periode 2014, pelaku usaha sudah wait and see karena ada penyelenggaraan pilpres. Selanjutnya ada kurang lebih 150 pilkada di 2015, kemudian pengusaha mengambil sikap serupa. Lalu 2016, pengusaha wait and see lagi karena ada 101 pilkada.
"Nanti di 2018 ada 171 pilkada, wait and see lagi dan ada pilpres, wait and see lagi. Apakah mau seperti itu terus," terang Jokowi.
Menurutnya, jika masyarakat dan pelaku usaha dapat memilah persepsi antara politik dan ekonomi, maka keduanya akan berjalan masing-masing tanpa terganggu tahun politik.
"Kalau ada pilkada atau pilres, saya dibisiki Pak Darmin, maka bisa menambah ke pertumbuhan ekonomi 0,2-0,3 persen. Karena ada belanja iklan, belanja kaos, spanduk, sembako yang naik," jelasnya.
Dia berharap, bidang ekonomi maupun politik dapat berjalan bersama walaupun ada pesta demokrasi, seperti pilkada dan pilpres.
"Yang ekonomi biar jalan, yang politik pun demikian. Ini bukan yang pertama kali Indonesia menjalankan pilkada serentak, dan bukan pertama kali pemilu diselenggarakan di sini. Yang kemarin saja (pilkada) aman-aman saja, ekonomi kita pun tak terpengaruh," Jokowi menegaskan.
Ekonomi Kuat, Pengusaha Yakin Krisis 10 Tahunan Tak Melanda RI
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Rosan P. Roeslani sebelumnya mengaku optimistis krisis ekonomi 1998 dan 2008 atau krisis 10 tahunan tidak akan menimpa Indonesia pada tahun depan. Keyakinan ini ditopang dengan kondisi perekonomian nasional dan dunia yang diprediksi membaik pada 2018.
"Saya lihatnya di 2018 lebih baik ya (ekonomi). Saya tidak melihat ada kemungkinan seperti krisis 1998 dan 2008," kata Rosan usai menghadiri acara Seminar Nasional Outlook Industri di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (11/12/2017).
Dia menilai, pelaku usaha yakin terhadap kondisi ekonomi global yang semakin membaik. Pengaruhnya, Rosan mengakui berimbas ke Indonesia sehingga perekonomian nasional dipatok tumbuh 5,4 persen pada 2018.
"Pertumbuhan kita cukup stabil dan relatif akan meningkat karena harga-harga komoditas mulai naik. Tahun depan pun akan sama karena pertumbuhan ekonomi China akan lebih baik, sehingga harga komoditas meningkat," jelas dia.
Alasan lain krisis 10 tahunan tidak akan melanda Indonesia, kata Rosan, karena dampak dari kebijakan pemerintah membangun infrastruktur secara masif akan mulai terasa pada tahun depan dan seterusnya.
"Tidak bisa secara instan, tapi perekonomian di 2018 akan berjalan lebih bak karena banyak pilkada yang akan membuat ekonomi tumbuh positif lantaran makin banyak spending di daerah," ujar dia.
Perbaikan ekonomi Indonesia, sambungnya, juga akan ditopang dari dampak program cash for work. 30 persen dari dana desa dialokasikan untuk pendapatan pekerja di desa yang mengerjakan proyek padat karya.
"Kalau 30 persen dari Rp 60 triliun, berarti Rp 20 triliun untuk pendapatan pekerja di desa. Ini akan mengalir secara tunai dan akan mendorong belanja masyarakat di perdesaan. Dengan kebijakan-kebijakan tersebut, pertumbuhan ekonomi 2018 diprediksi akan lebih baik," tutur Rosan.
Dia pun mengaku tidak khawatir dengan kebijakan-kebijakan ekonomi maupun politik yang datang dari negara lain, seperti Amerika Serikat (AS). "Ketidakpastian akan selalu ada. Sekarang orang sudah mulai mengantisipasinya, jadi pasti dampaknya minim kalau sudah diantisipasi," ujar dia.
Advertisement