Rupiah Melemah terhadap Dua Mata Uang di Pekan Kedua Desember

BPS melakukan survei di money changer di seluruh wilayah Indonesia terkait kondisi rupiah.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 15 Des 2017, 16:00 WIB
Diterbitkan 15 Des 2017, 16:00 WIB
Rupiah-Melemah-Tipis-Atas-Dolar
Petugas Bank tengah menghitung uang rupiah di Bank BRI Syariah, Jakarta, Selasa (28/2). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah tipis pada perdagangan Selasa pekan ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)
Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai tukar rupiah terhadap dua mata uang, yakni dolar Amerika Serikat (AS) dan Dolar Australia terdepresiasi pada minggu ke-2 Desember 2017. Sementara terhadap Yen dan Euro, kurs mata uang Garuda justru menguat. 
 
Kepala BPS, Suhariyanto atau yang akrab disapa Kecuk mengatakan telah melakukan survei di money changer di seluruh wilayah Indonesia. 
 
"Hasilnya, terjadi pelemahan mata uang rupiah terhadap dolar AS dan dolar Australia di minggu ke II-2017 terhadap minggu ke-V November ini," ujar Kecuk di kantornya, Jakarta, Jumat (15/12/2017). 
 
 
Pada periode Desember minggu ke II dibanding November pekan ke-V, kurs rupiah terhadap dolar AS jeblok 59,98 poin atau 0,44 persen menjadi Rp 13.550,29 dari level Rp 13.490,31 per dolar AS. 
 
Sementara dengan dolar Australia, laju rupiah melemah 0,00 persen atau 0,23 poin dari Rp 10.249,89 menjadi Rp 10.250,12 per dolar Australia. 
 
Sebaliknya, kurs rupiah menguat terhadap Yen Jepang di minggu II-2017 sebesar 0,81 persen atau 0,97 poin menjadi Rp 119,45 per Yen dari minggu ke-V November yang sebesar Rp 120,42 per Yen. 
 
Mata uang rupiah juga menguat terhadap Euro sebesar 0,16 persen atau 26,20 poin ke level Rp 15.924,52 dari sebelumnya Rp 15.950,72 per Euro di minggu ke-V November lalu. 
 
Khusus di November terhadap Oktober 2017, kurs rupiah terhadap dolar AS dan dolar Australia mengalami penguatan masing-masing 0,24 persen atau 32,76 poin ke level Rp 13.490,31 per dolar AS. Terdepresiasi 2,15 persen atau 225,07 poin ke level Rp 10.249,89 per dolar Australia. 
 
Dengan Yen dan Euro, mata uang Garuda jeblok 1,27 persen atau 1,51 poin ke level Rp 120,42 per Yen dan turun 0,33 persen atau 51,89 poin ke level Rp 15.950,72 per Euro. 
 
"Level tertinggi kurs rupiah regional berada di Papua Rp 13.322,10 per dolar AS dan level terendah di Kalimantan Utara Rp 13.557 per dolar AS. Penguatan terbesar di Sulawesi Selatan 0,84 persen (114,17 poin) dan pelemahan terbesar di Banten 0,35 persen (46,44 poin)," tukas Kecuk. 
 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rupiah Stabil, Fokus Investor pada Rencana Reformasi Pajak AS

Nlai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak stabil pada perdagangan hari ini. Kekhawatiran akan rencana reformasi perpajakan mendorong pelemahan dolar AS. 

Mengutip Bloomberg, Jumat (15/12/2017), rupiah dibuka di angka 13.568 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.576 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.561 per dolar AS hingga 13.578 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 0,71 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.573 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.565 per dolar AS.

Dolar AS memang bergerak defensif pada perdagangan di Asia setelah adanya kekhawatiran dari para pelaku pasar mengenai kemajuan pembicaraan reformasi perpajakan di AS.

Sementara euro melorot karena Bank Sentral Eropa memilih untuk mempertahankan suku bunga di saat Bank Sentral AS menaikkan suku bunga.

Di Asia, dolar AS telah naik ke level tertinggi dalam satu bulan terhadap yen Jepang. Namun kemudian tertekan setelah Senator Marco Rubio, R-Fla pada Kamis waktu setempat mengonfirmasi bahwa dia menentang rencana reformasi perpajakan yang diajukan oleh Partai Republik.

Untuk melakukan reformasi perpajakan ini membutuhkan suara mayoritas dalam senat. Dengan adanya senator dari Partai Republik yang tidak mendukung rencana ini maka akan semakin memberatkan bagi Presiden Donald Trump untk meloloskan.

"Negosiasi cukup alot dan tentu saja ini sangat mempengaruhi gerak dolar AS," jelas analis Barclays di Tokyo, Jepang, Shin Kadota.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya