Rupiah Stabil, Fokus Investor pada Rencana Reformasi Pajak AS

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.561 per dolar AS hingga 13.578 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 15 Des 2017, 12:53 WIB
Diterbitkan 15 Des 2017, 12:53 WIB
20161109- Donald Trump Unggul Rupiah Terpuruk-Jakarta-Angga Yuniar
Petugas menunjukkan mata uang dolar dan mata uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Rabu (9/11). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada saat jeda siang ini kian terpuruk di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nlai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak stabil pada perdagangan hari ini. Kekhawatiran akan rencana reformasi perpajakan mendorong pelemahan dolar AS. 

Mengutip Bloomberg, Jumat (15/12/2017), rupiah dibuka di angka 13.568 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 13.576 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 13.561 per dolar AS hingga 13.578 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 0,71 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 13.573 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 13.565 per dolar AS.

Dolar AS memang bergerak defensif pada perdagangan di Asia setelah adanya kekhawatiran dari para pelaku pasar mengenai kemajuan pembicaraan reformasi perpajakan di AS.

Sementara euro melorot karena Bank Sentral Eropa memilih untuk mempertahankan suku bunga di saat Bank Sentral AS menaikkan suku bunga.

Di Asia, dolar AS telah naik ke level tertinggi dalam satu bulan terhadap yen Jepang. Namun kemudian tertekan setelah Senator Marco Rubio, R-Fla pada Kamis waktu setempat mengkonfirmasi bahwa dia menentang rencana reformasi perpajakan yang diajukan oleh Partai Republik.

Untuk melakukan reformasi perpajakan ini membutuhkan suara mayoritas dalam senat. Dengan adanya senator dari Partai Republik yang tidak mendukung rencana ini maka akan semakin memberatkan bagi Presiden Donald Trump untk meloloskan.

"Negosiasi cukup alot dan tentu saja ini sangat mempengaruhi gerak dolar AS," jelas analis Barclays di Tokyo, Jepang, Shin Kadota.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya