Sinergi GMF dan Perusahaan Asal Australia Rawat Boeing dan Airbus

GMF Aero Asia dan KORR Grup menandatangani perjanjian kerja sama perawatan pesawat jenis Boeing dan Airbus di Melbourne, Sydney dan Perth.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 29 Des 2017, 18:30 WIB
Diterbitkan 29 Des 2017, 18:30 WIB
(Kiri-Kanan) Direktur Line Operation GMF, Tazar Marta Kurniawan, Direktur Utama GMF, Iwan Joeniarto dan Founder dan Direktur KORR Group
Doc. Corcomm GMF Aero Asia

Liputan6.com, Jakarta PT Garuda Maintenance Aero Asia Tbk (GMF) menandatangani kontrak Strategic Partnership dengan KORR Group untuk international footprint di Australia. Kerja sama ini meliputi pengerjaan line maintenance empat pesawat, yakni tipe Boeing 737, Boeing 787, Airbus A320, dan Airbus A330.

Penandatanganan kontrak strategic partnership ini merupakan tindak lanjut dari nota kesepahaman yang diteken pada 2 Juni 2017. Penandatanganan dilakukan oleh Direktur Line Operations GMF Aero Asia Tazar Marta Kurniawan dan Founder & Direktur KORR Group Bevan Coote. Hadir menyaksikan penandatanganan tersebut Direktur Utama GMF Iwan Joeniarto.

Iwan Joeniarto mengatakan bahwa kerja sama dengan perusahaan asal Australia ini merupakan salah satu strategi ekspansi bisnis International Footprint GMF.Pasalnya GMF dan KORR Group sepakat untuk bekerja sama dalam pengerjaan line maintenance untuk pesawat tipe Boeing 737, Boeing 787, Airbus A320, dan Airbus A330.

“Kerja sama strategis ini diharapkan mampu melancarkan ekspansi GMF ke luar negeri, terutama area Australia yang memiliki potensi pasar perawatan yang cukup tinggi khususnya dalam bidang line maintenance,” kata Iwan dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat (29/12/2017).

Direktur Line Operation GMF, Tazar Marta Kurniawan mengatakan, pengerjaan line maintenance terhadap empat unit pesawat tersebut akan mulai direalisasikan pada 2018. Pekerjaan ini berlangsung di kawasan Melbourne, Sydney dan Perth.

Lebih jauh, katanya, kerja sama ini diharapkan menjadi pintu gerbang untuk dapat menarik maskapai berdomisili Australia dalam melakukan perawatan armadanya. Australia memiliki pasar yang cukup besar untuk perawatan pesawat yang masih banyak dilakukan di luar Negeri Kanguru itu.

"Dari sisi kualitas, GMF dapat bersaing dengan perusahaan MRO kelas dunia lainnya. Kami butuh eksistensi di tengah pasar agar dapat menyerap pendapatan yang lebih besar lagi,” ujar Tazar.

Upaya ini merupakan langkah nyata GMF dalam melakukan ekspansi bisnisnya dan mencapai target menjadi salah satu dari 10 besar perusahaan MRO di dunia.

“Setelah Batam dan Korea Selatan, Australia ini menjadi area ketiga yang dijajaki, dan segera menyusul area Timur Tengah,” papar Tazar.

Sementara itu, Bevan Coote mengatakan, KORR Group membuka kesempatan bersinergi dengan GMF karena keahlian dan kapabilitas GMF sebagai perusahaan jasa perawatan pesawat yang sudah diakui dunia dengan fasilitas berkualitas tinggi. Selain itu, faktor lainnya adalah budaya kerja yang baik.

“Kami bekerja dalam harmoni, profesionalitas, dan saling menghargai satu sama lain. Itu yang kami temukan di GMF,” tegasnya.

Tonton Video Menarik di Bawah Ini

Bos GMF: Dalam 17 Tahun Belum Ada Bengkel Pesawat IPO

Saham PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia (GMF) akan segera tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Anak usaha maskapai PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) ini akan memperoleh catatan penting karena selama 17 tahun terakhir belum ada industri maintenancerepair, and overhaul (MRO) atau bengkel pesawat yang menawarkan sahamnya ke publik atau initial public offering (IPO).

"Kalau boleh disinggung selama kurun waktu 17 tahun belum ada MRO yang melakukan IPO," kata Direktur Utama GMF Iwan Joeniarto di Jakarta, Senin (11/9/2017). Terakhir, kata dia, IPO perusahaan sejenis dilakukan oleh perusahaan Singapura yakni SIA Engineering Company Limited.

"Ini adalah pertama kali setelah 17 tahun yang lalu, Singapura Airlines Engineering melakukan IPO," ujar dia.

Lebih lanjut, GMF sendiri melepas 30 persen sahamnya ke publik. Adapun harga saham yang ditawarkan Rp 390-Rp 510 per lembar saham. Perseroan menargetkan perolehan dana dari IPO sebesar US$ 200 juta-250 juta.

Dengan aksi korporasi ini, perseroan berharap bisa menjadi salah satu bengkel pesawat terbesar di dunia dengan pendapatan US$ 1 miliar pada tahun 2021.

"Visi kita top ten MRO in the world dan tahun 2021 mencatatkan revenue US$ 1 miliar," tandas dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya