Bos GMF: Dalam 17 Tahun Belum Ada Bengkel Pesawat IPO

GMF akan melepas 30 persen sahamnya ke publik dengan harga saham yang ditawarkan Rp 390-Rp 510 per lembar saham.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 11 Sep 2017, 20:24 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2017, 20:24 WIB
20151106-Hanggar 4 GMF Kurang Teknisi, Pembenahan Pesawat Terhambat
Teknisi tengah melakukan perbaikan pesawat di Hanggar 4 GMF, Tangerang, Jumat (6/11/2015). Hanggar milik Garuda Indonesia ini tersebut kekurangan teknisi pada tahun ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia (GMF) akan segera tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Anak usaha maskapai PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) ini akan memperoleh catatan penting karena selama 17 tahun terakhir belum ada industri maintenance, repair, and overhaul (MRO) atau bengkel pesawat yang menawarkan sahamnya ke publik atau initial public offering (IPO).

"Kalau boleh disinggung selama kurun waktu 17 tahun belum ada MRO yang melakukan IPO," kata Direktur Utama GMF Iwan Joeniarto di Jakarta, Senin (11/9/2017). Terakhir, kata dia, IPO perusahaan sejenis dilakukan oleh perusahaan Singapura yakni SIA Engineering Company Limited.

"Ini adalah pertama kali setelah 17 tahun yang lalu, Singapura Airlines Engineering melakukan IPO," ujar dia.

Lebih lanjut, GMF sendiri melepas 30 persen sahamnya ke publik. Adapun harga saham yang ditawarkan Rp 390-Rp 510 per lembar saham. Perseroan menargetkan perolehan dana dari IPO sebesar US$ 200 juta-250 juta.

Dengan aksi korporasi ini, perseroan berharap bisa menjadi salah satu bengkel pesawat terbesar di dunia dengan pendapatan US$ 1 miliar pada tahun 2021.

"Visi kita top ten MRO in the world dan tahun 2021 mencatatkan revenue US$ 1 miliar," tandas dia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Perluas pasar

GMF AeroAsia terus memperluas pasar ke Wilayah Afrika. Setelah Nigeria, tiga negara yang target GMF AeroAsia adalah Senegal, Kenya dan Ethiopia.

SVP Marketing & Business Development GMF AeroAsia Leonardus Andriyanto menjelaskan, untuk Nigeria, GMF AeroAsia telah menandatangani perjanjian kerja sama dengan Max Air, maskapai asal negara tersebut yang merupakan penguatan kerja sama yang sudah dilakukan tahun 2013.

Dalam kerja sama ini Max Air mempercayakan perawatan C-Check & D-Check tiga pesawat Boeing 747-400 miliknya serta program engineering and maintenance planning kepada AeroAsia.

Kerja sama dengan Max Air merupakan salah satu upaya GMF AeroAsia dalam menambah international footprint di kawasan Afrika. "Kami juga berharap kerja sama ini akan diikuti oleh kerja sama lainnya di kawasan Afrika ini," katanya Juni lalu.

GMF AeroAsia juga terus mencoba membuka peluang baru dengan maskapai dari Senegal, Kenya dan Ethiopia yang notabene merupakan negara-negara yang akan dikunjungi rombongan kementerian luar negeri Republik Indonesia.

Peluang peluang ini tidak lepas dari strategi perusahaan yaitu Business Expansion demi menyokong pencapaian visi menjadi sepuluh besar perusahaan Maintenance Repair & Overhaul (MRO) di dunia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya