Strategi Pemerintah Atasi Anjloknya Harga Karet

Pemerintah akan memakai karet dalam komponen pembangunan infrastruktur sebagai langkah atasi anjloknya harga karet.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 22 Jan 2018, 19:05 WIB
Diterbitkan 22 Jan 2018, 19:05 WIB
Pohon Karet
Pohon Karet (www.wakingtimes.com)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah meningkatkan pemanfaatan karet pada komponen infrastruktur yang saat ini dibangun. Strategi ini juga sebagai cara mengatasi anjloknya harga karet.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Danis H Sumadilaga mengatakan, pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian telah melakukan rapat koordinasi, untuk mengatasi penurunan harga karet. Langkah yang akan diambil di antaranya pemanfaatan karet untuk komponen infrastruktur.

"Produk apa yang bisa didukung dan memanfaatkan karet alam tersebut. Dari Pekerjaan Umum diminta pemikirannya," kata Danis, usai rapat koordinasi, di Kantor Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Senin (22/1/2018).

Danis mengungkapkan, ada beberapa potensi pemanfaatan karet untuk komponen infrastruktur, seperti pintu irigasi yang selama ini menggunakan plat baja. Penggunaan karet dinilai lebih murah, mudah perawatannya dan tidak mudah dicuri.

"Ada plat yang biasanya dari baja. Itu kita ubah jadi lembaran karet. Itu ternyata dilihat harganya lebih murah dan pemeliharan lebih mudah dan aman karena bukan besi," ujar dia.

Selain pintu irigasi, karet juga bisa dimanfaatkan sebagai sampuran aspal. Danis menuturkan, pihaknya telah melakukan uji coba pencampuran aspal dengan karet dan kualitasnya jauh lebih baik

"Selama ini sudah berbicara setahun, dua tahun lalu kita sudah melakukan uji coba di antaranya karet alam itu bisa digunakan untuk meningkatkan kinerja aspal jalan," ujar dia.

‎Danis melanjutkan, karet juga bisa dimanfaatkan sebagai komponen pembangunan bendungan. Namun, untuk menjadikan karet sebagai komponen infrastruktur dibutuhkan industri pengelolaan karet alam untuk membentuk komponen yang diperlukan.

"Kita juga identifikasi bendungan dari karet. Cuma memang ini perlu dukungan dari industri, memproses dari mentah menjadi lembar-lembar bisa digunakan untuk itu," ujar dia.

Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan M. Alwi‎ menambahkan, untuk setor perhubungan karet bisa dimanfaatkan sebagai pendukung operasional modal transportasi laut, udara, darat dan kereta. Dia mencontohkan, karet bisa dimanfaatkan sebagai bantalan sandar kapal di dermaga.

"Jadi serapannya itu bisa digunakan untuk prasaran moda transportasi, baik laut, darat, kereta api dan udara. Bentuknya seperti contoh kaya di dermaga buat fender untuk sandar kapal tidak kena beton dan ombak. Untuk kendaaran juga karet semua, kereta biat peredam dan sebagainya. Jadi memanfaatkan hasil karet kita," tutur Alwi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Holding BUMN Perkebunan Konversi 8.200 Ha Kebun Karet Jadi Tebu

Kebun Tebu
Kebun Tebu

Sebelumnya, holding BUMN perkebunan, PT Perkebunan Nusantara III (Persero) akan meningkatkan produktivitas. Peningkatan ini salah satunya dengan mengkonversi sejumlah lahan yang tidak produktif menjadi lahan tebu.

Direktur Utama PTPN III Dasuki Amsir mengungkapkan, setidaknya akan ada 8.200 hektare (ha) lahan dari beberapa anak usahanya yang akan dikonversi menjadi lahan tebu.

"Untuk mengurangi ketergantungan kepada petani, kita tahun depan akan konversi 7.000 hektare lahan PTPN XII dan 1.200 hektar di PTPN IX, sebelumnya lahan karet menjadi lahan tebu," ujar Dasuki di Jakarta, Selasa 14 November 2017.

Upaya ini dilakukan untuk menjaga produktivitas perusaahan dalam hal produksi gula, mengingat saat ini dari seluruh pabrik gula yang dikelolanya saat ini, 90 persen tergantung pada petani tebu.

Dasuki mengaku saat ini produksi gula perusahaan sekitar 870 ribu ton tebu per hari. Diharapkan pada tahun depan akan meningkat menjadi 1,1 juta ton tebu per hari.

TIdak hanya meningkatkan jaminan ketersediaan tebu melalui pembukaan lahan mandiri, PTPN holding juga melakukan revitalisasi pabrik gula yang dimiliki. Saat ini rata-rata usia pabrik gula yang dimiliki di atas 100 tahun.

Setidaknya, akan ada 7 pabrik gula yang akan direvitalisasi. Pabrik itu adalah PG Mojo, PG Rendeng, PG Jatiroto, PG Asem Bagus, PG Bunga Mayang, PG Cinta Manis dan PG Gempolkrep.

"Selain itu, kita juga akan buka pabrik gula baru yang lebih modern, hingga 2020 kita akan ada satu pabrik gula baru lagi di Comal, kapasitas 600 ribu TCD," tutupnya. (Yas)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya