Harga Kopi Lokal Vs Impor di Pasar Lelang

Harga kopi Indonesia bersaing dengan kopi mancanegara di dalam pelelangan.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 25 Jan 2018, 10:31 WIB
Diterbitkan 25 Jan 2018, 10:31 WIB
Sintaro Kopi Lokal Andalan Bengkulu Untuk Ekspor
Sintaro, kopi andalan lokal Bengkulu berkualitas ekspor (Liputan6.comYuliardi Hardjo)

Liputan6.com, Jakarta - Gejala candu kopi yang tengah ramai di masyarakat membuat beberapa kedai kopi memperkenalkan jenis kopi yang beragam, termasuk dengan mengimpornya dari luar negeri. Akan tetapi ternyata, harga kopi lokal dan kopi impor itu tergolong sama di pasar lelang.

Mikael Jasin, Marketing Manager St. Ali Coffee Jakarta menyatakan, harga kopi Indonesia itu bersaing dengan kopi mancanegara di dalam pelelangan.

"Kopi ini kebanyakan dilelang. Instead of selling price, harga kopi lokal dan luar tidak beda jauh," terang dia kepada Liputan6.com di kantornya, Rabu (24/1/2018).

Namun begitu, dia menerangkan harga kopi lokal di pasar dalam negeri masih lebih murah. "Kopi lokal bisa dijual lebih murah di toko karena tidak perlu pakai impor, berat di ongkosnya," tutur dia.

Terkait pengimporan, Mikael menjelaskan kopi biasanya berasal dari negara-negara tropis dan sub tropis yang sedang panen kopi.

"Kopi impor itu didatangkan dari area coffee belt, seperti seperti Brazil, Kolombia, Panama, Kenya, Etiopia. Karena kopi seasonal, pembelian kopi impor juga mengikuti masa panennya, negara mana yang lagi panen." ungkap dia.

Ketika ditanya perihal besaran ongkos impor, dia menyebutkan kopi yang didatangkan melalui pesawat itu pasti lebih mahal. "Impor kopi itu bisa melalui air lewat container, atau udara dengan pesawat. Kalau dari pesawat, dia cepat sampai dan jauh lebih mahal," papar dia.

"Kalau yang pakai container itu lebih murah, tapi sampainya lama. Kalau sampainya terlalu lama, dia udah nggak fresh lagi, makanya secara harga lebih murah," tambah Mikael.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

AP II Buka Kedai Kopi Lokal

20160608-Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta Siap Beroperasi
Suasana proyek Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, (8/6). Angkasa Pura II (Persero) berencana mengoperasikan terminal 3 ultimate Bandara Internasional Soetta pada 20 Juni 2016 alias 12 hari dari sekarang. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, PT Angkasa Pura II (Persero) membuka kedai kopi lokal binaannya NA Coffee di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Hal ini bentuk dukungan pengembangan Unit Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

Direktur of Finance PT Angkasa Pura II Andra Y Agussalam mengatakan, dukungan terhadap UMKM ini bertujuan untuk mengimbangi dominasi kedai-kedai kopi asing, khususnya yang ada di bandara-bandara milik perusahaan. ‎Kedai kopi yang dirintis anak-anak muda dari Aceh ini berada di bawah bimbingan Iskandarsyah Madjid dari Pembina UMKM Universitas Syiah Kuala Aceh.

"Kami mendatangkan khusus NA Coffee untuk dapat berwirausaha mengingat masih minimnya jumlah kedai kopi lokal yang ada di bandara," kata Andra, di Jakarta, Sabtu 20 Januari 2018.

Di samping itu, lanjut Andra, pembukaan kedai ini menjadi wujud persaingan sehat yang dilakukan pemuda-pemuda kreatif bangsa, untuk bersaing dengan kedai kopi asing yang sudah ada lebih dulu.

"Kedai kopi menjadi pilihan usaha tepat mengingat makin menjamurnya usaha kopi lokal yang rasanya tak kalah dari kopi asing. Dan kami mendukung usaha anak bangsa untuk memperkenalkan Indonesia melalui cita rasa kopi yang berbeda dari masing-masing wilayah," terang Andra.

Sebagai pengelola 14 bandara di Indonesia, Angkasa Pura II akan terus mendatangkan kedai kopi lokal untuk membuka gerai di terminal bandara.

Seperti kedai kopi yang cukup fenomenal dan sudah berjalan hampir setahun di Bandara Internasional Kualanamu Deliserdang, yakni kedai kopi Kok Tong. Kedai kopi ini tak kalah penjualannya dengan kedai kopi asing yang sudah terkenal.

Komisaris Utama Angkasa Pura II Rhenald Kasali menuturkan, langkah Angkasa Pura II ini merupakan cara efektif untuk mengangkat potensi lokal dan mengembangkan UMKM,tanpa harus melakukan penyuluhan atau seminar usaha.

"Saya diberikan arahan oleh Presiden Joko Widodo untuk memberikan ruang seluas-luasnya bagi para masyarakat dalam mengembangkan ekonomi kerakyatan. Oleh karena itu, kegiatan ini merupakan kepedulian kami untuk menjalankan arahan presiden," ujar Rhenald.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya