Digitalisasi Mampu Dongkrak Pendapatan Citilink

Citilink Indonesia terus mempercepat dan memperluas digitalisasi di bidang operasional dan bisnis.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 18 Feb 2018, 06:45 WIB
Diterbitkan 18 Feb 2018, 06:45 WIB
Pesawat Citilink
Pesawat Citilink

Liputan6.com, Jakarta - Maskapai berbiaya murah (LCC) Citilink Indonesia terus mendorong efisiensi dengan penggunaan teknologi digital di semua aspek korporasi. Diharapkan dengan langkah tersebut dapat mempercepat peningkatan profit dan mendorong terciptanya loyalitas konsumen.

Vice President Information Technology Citilink Indonesia Achmad Royhan menjelaskan, pemanfaatan teknologi digital mutlak dilakukan sehingga manfaatnya dapat langsung dirasakan. Dalam era digital bisnis, maskapai harus bisa menjaga struktur biayanya tetap efisien dengan pelayanan yang maksimal.

"Dengan demikian optimalisasi kegiatan operasional harian penerbangan yang kompleks bisa terkelola efektif dan efisien," kata dia dikutip dari keterangan tertulis, Minggu (18/2/2018).

Ahmad bercerita, dalam studi bisnis Microsoft menyimpulkan terjadi lonjakan cukup besar dalam transformasi digital di seluruh perekonomian Asia Pasifik, dan pengaruhnya bagi industri penerbangan.

Studi yang melibatkan 15 negara Asia Pasifik tersebut memperlihatkan bahwa transformasi digital telah mengubah dengan cepat pola bisnis tradisional.

Dalam studi Microsoft yang dirilis resmi awal pekan, Citilink Indonesia dijadikan contoh oleh Microsoft Asia Pasifik sebagai perusahaan yang berhasil melakukan transformasi digital dan mampu membuat pertumbuhan positif perusahaan secara signifikan.

Studi Microsoft menyebutkan, transformasi digital di Indonesia akan menyumbang sebesar 22 miliar dolar AS pada Produk Domestik Bruto hingga tahun 2021 dan meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi sebesar 0,4 persen per tahun.

Royhan mengatakan, melalui pengelolaan data yang maksimal tentunya dapat meningkatkan aspek kualitas layanan, proses bisnis dan margin serta mendorong tingkat kepuasan pelanggan. Citilink Indonesia juga sejak awal memposisikan diri sebagai IT-based company dimana semua prosesnya menggunakan sistem dan aplikasi sehingga data tersimpan dengan baik.

"Sejak tansformasi digital dilakukan empat tahun lalu, terlihat jelas ekspansi bisnis Citilink Indonesia berlangsung cepat. Inovasi bisnis bisa segera diciptakan dan direalisasikan,” kata Royhan.

 

2 Sektor Krusial

Citilink Terapkan Electronic Flight Bag di Kokpit Pesawat
Citilink tercatat sebagai maskapai Indonesia pertama yang menerapkan Electronic Flight Bag di Kokpit Pesawat.

Royhan mejelaskan, dalam industri penerbangan terdapat dua sektor yang krusial dalam memanfaatkan data adalah bidang operasional dan penjualan. Pada sisi operasional data digunakan untuk meningkatkan ketepatan waktu penerbangan, efisiensi dalam pengaturan kru dan rotasi pesawat.

Sedangkan sisi penjualan, data mengenai tingkat keterisian pesawat dan average seat per kilometer (ASK) digunakan untuk memberikan tarif paling optimal dari setiap rute. Demikan juga dengan data pembelian di on-line travel agent bisa digunakan untuk menyusun strategi penjualan dan marketing.

Citilink Indonesia terus mempercepat dan memperluas digitalisasi di bidang operasional dan bisnisnya, mengingat peluang ekonomi global sektor transportasi semakin kompleks dan membutuhkan kecepatan dan keandalan data.

International Air Transport Association (IATA) bahkan menyebut bahwa Indonesia akan menjadi pasar keenam terbesar di dunia dalam sektor transportasi udara pada tahun 2034 dengan jumlah penumpang diperkirakan mencapai 270 juta orang per tahun.

Lima manfaat utama yang dapat diperoleh maskapai dengan melakukan transformasi digital, yaitu produktivitas yang melonjak, profit margin yang naik, memperbanyak jumlah customer, meningkatkan pendapatan melalui produk dan layanan yang sudah ada maupun produk dan layanan baru.

President Director Microsoft Indonesia Hars Izmee sendiri mengatakan bahwa Indonesia sudah berada dalam fast track transformasi digital yang benar dan hal itu akan mempercepat pertumbuhan perusahaan lebih jauh.

Dalam empat tahun ke depan diprediksi sekitar 40 persen PDB Indonesia berasal dari produk dan layanan digital.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya