Harga Beras Tak Kunjung Turun, Inflasi Februari Bakal Meroket?

Harga beras yang tak kunjung turun diprediksi akan mengerek inflasi Februari 2018

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 27 Feb 2018, 17:30 WIB
Diterbitkan 27 Feb 2018, 17:30 WIB
Harga Beras Naik
Harga beras yang terus naik dikeluhkan oleh masyarakat. (Liputan6.com/Achmad Sudarno)

 

Liputan6.com, Jakarta - Harga beras yang tak kunjung turun diprediksi akan mengerek inflasi Februari 2018. Inflasi atau indeks harga konsumen (IHK) pada pekan ketiga bulan ini berada dalam kisaran 0,19 persen secara month to month (MoM), berdasarkan data Bank Indonesia (BI). 

Gubernur BI, Agus Martowardojo menjelaskan, inflasi Februari ini akan didorong oleh kenaikan harga beberapa komoditas pangan, seperti bawang putih, cabai merah, dan beras. Sayangnya BI tidak memprediksi inflasi pada bulan kedua ini. 

"Selain itu, komoditas seperti daging, ayam dan telur ayam menjadi sumber deflasi," ucapnya di sela-sela acara konferensi internasional tingkat tinggi (High Level Internasional Conference) bertemakan "Models ini a Changing Global Landscape" di Hotel Fairmont, Jakarta, Selasa (27/2/2018).

Lebih lanjut Agus mengatakan, BI telah cukup lama memperhatikan tingginya harga beras. Menurutnya, kebijakan impor beras oleh pemerintah tidak mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan di dalam negeri. 

Dengan adanya Tim Pengendali Inflasi (TPID), kata dia, diharapkan dapat menjaga inflasi dari gejolak pangan, seperti beras agar tidak lebih dari 4-5 persen. Pasalnya BI akan tetap menjaga inflasi pada angka 3,5  plus minus 1 persen.

"Tetapi ini tantangan (kenaikan harga beras), karena sepanjang 2018-2019, kita akan terus jaga inflasi pada kisaran 3,5 persen," pungkas Agus.

Tonton Video Pilihan di Bawah Ini:

Dari Negara Mana Saja RI Impor Garam?

20151112-Beras Vietnam-Pelabuhan Tanjung Priok-Jakarta
Tumpukan karung beras asal Vietnam di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (12/11). Beras impor sebanyak 27 ribu ton tersebut direncanakan pemerintah untuk menjaga kestabilan persediaan beras nasional. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Setelah memutuskan impor beras, pemerintah kembali membuka keran impor garam industri sebanyak 3,7 juta ton pada 2018. Jumlah tersebut keluar setelah ada perbedaan data dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang hanya merekomendasikan 2,1 juta ton per tahun.

Dari data yang diterima Liputan6.com, Jakarta, Rabu (24/1/2018), Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor garam industri oleh Indonesia dari sejumlah negara pada 2017 sebesar US$ 83,59 juta dengan volume seberat 2,55 juta ton.

Nilai impor tersebut mengalami penurunan tipis dari periode 2016 yang tercatat senilai US$ 86,01 juta. Sedangkan dari sisi volume, impor garam di 2017 naik dibanding realisasi tahun sebelumnya yang sebanyak 2,14 juta ton.

"Itu impor garam untuk industri," kata Kepala Seksi Statistik Impor BPS, Herry Sulaiman saat dihubungi Liputan6.com.

Berikut negara-negara pemasok garam industri ke Indonesia besertanilainya sepanjang Januari-Desember 2017 dibandingkan periode yangsama 2016:

1. Australia

2017 : US$ 76,09 juta2016 : US$ 70,33 juta

2. India

2017 : US$ 5,75 juta2016 : US$ 12,56 juta

3. Selandia Baru

2017 : US$ 1,16 juta2016 : US$ 1,22 juta

4. Denmark

2017 : US$ 203,22 ribu2016 : US$ 126,66 ribu

5. Jerman

2017 : US$ 158,18 ribu2016 : US$ 1,03 juta

6. Negara lainnya

2017 : US$ 275,20 ribu2016 : US$ 757,43 ribu.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya