Liputan6.com, Jakarta PT Angkasa Pura II (Persero) berupaya mendukung kemajuan dunia otomotif Indonesia dengan bersinergi bersama PT Mobil Anak Bangsa (MAB). Kedua perusahaan telah menandatangani Memorandum Of Understanding (MoU) di Jakarta Convention Centre (JCC) pada Sabtu (3/3/2018).
Adapun perjanjian tersebut meliputi akan dilakukannya uji coba pengoperasian bus listrik (low deck) di area Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Advertisement
Baca Juga
Pelaksana harian, Executive General Manager Kantor Cabang Utama Bandara Soekarno-Hatta, Agus Hariyadi menyambut baik kerja sama tersebut.
“Malalui kerja sama ini, PT Angkasa Pura II menjadi BUMN resmi yang akan menggunakan kendaraan karya anak bangsa. Sesuai dengan komitmen perusahaan PT Angkasa Pura II untuk selalu mendukung karya anak bangsa. Dengan bahan bakar listrik tentunya tanpa emisi, kendaraan yang ramah lingkungan,” ujar Agus Hariyadi di Jakarta Convention Centre (JCC).
Sinergi ini diharapkan dapat memperkuat posisi perusahaan di masing-masing bidangnya dan tetap dapat terjalin dengan baik.
Acara penandatanganan kerja sama ini dilakukan oleh Direktur Utama PT Angkasa Pura II M Awaluddin dengan Presiden Direktur PT MAB Mayjen TNI (Purn) Leonard.
Kerja sama yang saling memberi manfaat itu diwujudkan dalam rangka pelaksanaan pengoperasian bus listrik di area sisi udara dan di sisi darat Bandara Soekarno-Hatta.
“Sinergi ini dapat juga diharapkan dapat mengoptimalkan setiap kekuatan yang ada. Sehingga pada akhirnya tidak hanya dapat mengembangkan bisnis masing-masing perusahaan. Namun juga dapat memberikan kontribusi positif pada negara,” tutur Agus.
Tonton Video Ini:
Moeldoko: Mobil Listrik Ada Tanggung Jawab Sosialnya
Setelah mengenalkan prototipe bus listriknya yang dibuat PT Mobil Anak Bangsa, Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn.) Moeldoko berencana untuk membuat mobil listrik bagi para petani.
Seperti diketahui, pengembangan bus listrik yang ia gagas juga merupakan implementasi dan realisasi dari pemikiran Presiden Joko Widodo.
"Saya pikir Presiden sudah berbicara soal daya saing, ini menjadi atensi. Saya mengembangkan apa yang beliau pikirkan, selama kira-kira satu tahun yang lalu beliau berpikir tentang mobil listrik," ujar Moeldoko di JCC, Kamis (1/3/2018) malam.
Terkait pengembangan bus atau mobil listrik, tentunya berhubungan dengan polusi yang dihasilkan oleh masing-masing pembangkit listrik.
Diketahui, pencemaran udara dari batubara adalah jauh lebih besar daripada bahan bakar nuklir, terutama asap dari hasil pembakaran batubara dalam tungku PLTU.
Menanggapi itu, Moeldoko mengatakan faktor limbah atau polusi tersebut bisa dieliminasi dengan adanya standarisasi yang tinggi.
"Berikutnya tanggung jawab sosial yang tinggi, jangan karena perlakuan-perlakuan yang tak bertanggung jawab jadinya merugikan lingkungan, saya tidak mau itu. Semua bisnis saya sangat berkaitan dengan sosial, salah satunya pertanian," paparnya.
Pertanian, menurutnya, bukan sekadar untuk mencari uang tapi juga memikirkan tanah yang tadinya rusak menjadi bagus.
"Kedua produktivitas yang rendah menjadi tinggi. Ketiga, yang saya tanam adalah organik sehat. Harapannya kan anak-anak kita ke depan, makan makanan yang sehat, nah itu value sosial yang saya lakukan," ujarnya.
Prinsip itu juga senada dengan proyek bus listrik yang ia bangun. Menurutnya, bus listrik tersebut penuh dengan nilai sosial dan berkaitan dengan lingkungan yang bersih.
"Saya tidak ingin seandainya saya membangun baterai di Indonesia menimbulkan lingkungan yang rusak, itu bukan sifat saya, saya harus ketat, menjaga tanggung jawab sosial itu," pungkasnya.
Advertisement