7 Faktor Bisa Hambat Pertumbuhan Ekonomi RI, Apa Saja?

Harga komoditas turun dan perlambatan ekonomi China pengaruhi laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.

oleh Vina A Muliana diperbarui 20 Mar 2018, 20:34 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2018, 20:34 WIB
20160109-Pertumbuham-ekonomi-2016-Jakarta-AY
Terlihat latar belakang gedung dan bangunan kota Jakarta, Sabtu (9/1/2016). Pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2016 diprediksi akan berada di angka 5%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam satu tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu berada di sekitar angka lima persen. Meski ini merupakan hal yang baik, besaran pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih rendah dari target pemerintah yang mencapai tujuh persen.

Ada perbedaan pencapaian dari target ini karena beberapa hal. Survei terbaru yang dikeluarkan AT Kearney mengungkap, menurunnya harga komoditas dan perlambatan ekonomi di China menjadi faktor yang berpengaruh pada hal tersebut.

Selain itu, ada juga tujuh faktor lain yang AT kearney nilai bisa memiliki pengaruh pada perhambatan ekonomi Indonesia. Apa saja? Berikut ulasannya dilansir dari survei AT Kearney seperti dikutip Selasa (20/3/2018):

1. Produktivitas tenaga kerja mengungguli peningkatan biaya tenaga kerja

Indonesia telah menjadi salah satu tempat manufaktur berbiaya rendah yang paling populer di Asia. Namun, industri ini sekarang menghadapi masalah produktivitas yang serius dan kehilangan posisinya di pasar global.

Selama satu dekade terakhir, produktivitas tenaga kerja meningkat 47 persen, tetapi karena biaya tenaga kerja telah melonjak 55 persen, produktivitas belum membaik berdasarkan biaya tenaga kerja

2. Produktivitas modal

Analisis AT Kearney menunjukkan sebagian besar perusahaan di Indonesia melihat tingkat pengembalian investasi yang lebih tinggi daripada rata-rata global berkat marjin keuntungan yang lebih tinggi. Namun, sebagian besar sektor menghadapi masalah dengan perputaran modal.

3. Adaptasi teknologi

Meskipun orang Indonesia aktif di media sosial dan lebih dari 50 juta orang menggunakan ponsel cerdas, industri di Indonesia menggunakan teknologi yang lebih sedikit daripada negara lain. Indonesia hanya menghabiskan 0,3 persen dari PDB untuk R & D sementara Korea dan Israel menghabiskan sekitar 4 persen.

 

Selanjutnya

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2017  Optimis Capai 5,3 Persen
Suasana pemandangan Ibukota terlihat dari kawasan Sudirman, Jakarta, Sabtu (14/1). Pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen dapat tercapai dengan strategi meningkatkan pertumbuhan baik secara nasional maupun daerah. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

4. Pengembangan Infrastruktur

Sebagai kepulauan terbesar di dunia yang memiliki 17.000 pulau dan panjang perbatasan lebih dari dari 5.000 kilometer, Secara keseluruhan, Indonesia selalu menghadapi tantangan infrastruktur. Meski Jakarta sekarang terlihat seperti kota modern, infrastruktur nasional masih terbelakang. Padahal, saat melihat formasi bruto per kapita sejak 1960, Indonesia 19 kali lebih rendah dari Jepang.

5. Besaran ekspor yang semakin sedikit

Pada 2000, Indonesia merupakan salah satu eksportir bersih terkemuka di dunia berkat sumber daya alam yang melimpah.  Namun hal ini tidak lagi bisa dilakukan.

Nilai perdagangan negara (jumlah ekspor dan impor) jika dihitung dari PDB RI telah turun secara signifikan. Indonesia pun sekarang memiliki jumlah ekspor impor terendah di antara negara-negara ASEAN. Namun, ada sisi positifnya akan hal ini. Indonesia dapat memutuskan hubungan dari risiko global.

6. Kestabilan finansial

Stabilitas keuangan sangat penting dalam menentukan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Indonesia telah membuat kemajuan yang signifikan dalam kebijakan fiskal dan manajemennya sebagaimana disaksikan oleh peningkatan sovereign rating serta peningkatan yield obligasi pemerintah.

7. Kurangnya sumber daya manusia berkualitas

Meski memiliki pertumbuhan ekonomi yang baik, Indonesia masih kekurangan sumber daya manusia berkualitas. Meski negara ini memiliki sumber daya manusia yang melimpah, riset menemukan adanya kesenjangan keterampilan yang signifikan.

Dua pertiga dari perusahaan yang disurvei mengatakan menemukan karyawan berkualitas untuk posisi profesional dan manajerial merupakan pekejaan sulit atau sangat sulit. Hal ini juga dialami sama oleh pengusaha manufaktur.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya