Arcandra: Cadangan Minyak RI Bisa Habis 12 Tahun Lagi

Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar, memprediksi cadangan minyak bumi Indonesia akan habis 12 tahun mendatang.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 26 Mar 2018, 17:39 WIB
Diterbitkan 26 Mar 2018, 17:39 WIB
Wamen ESDM Arcandra Tahar
Wamen ESDM Arcandra Tahar (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memprediksi cadangan minyak RI akan habis dalam 12 tahun ke depan. Oleh karena itu, perlu ada penggunaan teknologi untuk meningkatkan cadangan minyak bumi tersebut.

Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar, mengatakan, saat ini Indonesia memiliki cadangan terbukti minyak bumi sekitar 3,3 miliar barel. Dengan asumsi produksi konstan 800 ribu per hari tanpa adanya temuan cadangan baru, maka dalam 11-12 tahun ke depan Indonesia tidak mampu memproduksi minyak bumi lagi.

“Tapi ini mungkin tidak 11-12 tahun ke depan, karena produksi akan turun. Tahun depan mungkin turun menjadi 700 ribu (bph) dan seterusnya,” kata Arcandra, di Jakarta, Senin (26/3/2018).

Menurut Arcandra Tahar, faktor teknologi dan temuan cadangan baru, adalah kunci keberlangsungan produksi minyak bumi di Indonesia. Teknologi eksploitasi minyak bumi saat ini hanya dapat mengambil 40-50 persen cadangan minyak dari dalam perut bumi.

“Sampai saat ini belum ada teknologi yang bisa menguras lebih. Selama anak cucu kita bisa menemukan teknologi itu, kita tidak akan bisa memproduksi lebih dari itu. Untuk gas lebih baik, kita masih (memiliki cadangan) 25-50 tahun ke depan,” ungkapnya.

Arcandra melanjutkan, cadangan terbukti minyak Indonesia yang mencapai 3,3 miliar barel tersebut bukanlah cadangan yang melimpah. Bila dibandingkan dengan cadangan terbukti minyak dunia, hanya setara dengan 0,2 persen. Selain itu, Reserve Replacement Ratio (RRR) Indonesia juga dinilai masih rendah.

“Kita hanya mampu reserve replacement ratio 50 persen. Itu adalah rasio berapa banyak yang kita ambil terhadap berapa banyak (cadangan minyak) yang kita temukan. Kita dua kali lebih banyak mengambil daripada menemukan, sementara negara-negara tetangga RRR-nya banyak yang di atas 100 persen," tandas Arcandra Tahar.

Harga Pertalite Makin Mahal, Premium Lenyap

Di Pekanbaru, Premium Lebih Gampang Didapat di Pedagang Eceran
Premium yang dijual di SPBU hanya tersedia pada waktu-waktu tertentu, tapi di pedagang eceran ada hampir sepanjang waktu. (Liputan6.com/M Syukur)

Sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) milik PT Pertamina (Persero) sudah tidak lagi menjual bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium. Sementara harga Pertalite naik Rp 200 per liter sejak Sabtu (24/3/2018). 

Dari pantauan Liputan6.com di SPBU di wilayah Terogong, Jakarta Selatan, sudah sejak Januari 2018 tidak lagi menjual Premium. Sebagai gantinya, Pertamina memasok Pertalite ke SPBU tersebut.

"(Premium) Sudah enggak dipasok lagi, diganti Pertalite. Wah sudah lama ‎enggak ada, sudah dari Januari," ujar Rifai, petugas di SPBU tersebut saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Senin (26/3/2018).

Menurut dia, SPBU di sekitar wilayah tersebut memang sud‎ah jarang yang menjual BBM Premium. Kalaupun masyarakat ingin mengisi kendaraannya dengan BBM RON 88 tersebut, harus mencari di SPBU tertentu.

"Kalau mau nyari paling di daerah Pondok Cabe," kata Rifai. 

Sementara itu, kini harga BBM RON 90, yaitu Pertalite juga telah mengalami kenaikan. Di SPBU di bilangan Fatmawati, Jakarta Selatan, harga Pertalite dipatok sebesar Rp 7.800 per liter dari sebelumnya Rp 7.600 per liter. Kenaikannya Rp 200 per liter.

"Pertalite sudah naik, sudah dari Sabtu malam kemarin. Kalau Pertamax belum (naik)," ungkap petugas SPBU yang enggan disebutkan namanya.

Sementara untuk BBM jenis Pertamax Turbo dengan RON 98 dijual Rp 10.100 per liter, Pertamax ‎Rp 8.900 per liter, dan Pertamina Dex Rp 10.000 per liter.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya