Pemerintah Upayakan Harga Premium dan Solar Subsidi Tidak Naik Sampai 2019

Namun, jika harga minyak mentah tembus US$ 100 per barel‎, maka pemerintah akan mengevaluasi kembali keputusan tersebut.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 05 Mar 2018, 21:15 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2018, 21:15 WIB
Kenaikan Harga Minyak Dunia Berpotensi Picu Inflasi
Pengendara antre untuk mengisi bahan bakar minyak (BBM) di SPBU Abdul Muis, Jakarta, Jumat (2/2). Kenaikan harga minyak dunia bisa turut berdampak kepada angka inflasi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah mengupayakan untuk mempertahankan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Premium dan Solar bersubsidi sampai 2019‎, meski saat ini minyak mentah sedang naik.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan, Kementerian ESDM, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kementerian Keuangan, dan PT Pertamina (Persero) telah bersepakat tidak menaikan harga Premium dan Solar subsidi. Dengan begitu, harga Premium penugasan masih di posisi Rp 6.450 per liter dan Solar subsidi Rp 5.150 per liter.

"Saya melaporkan ke Pak Presiden BBM penugasan Ron 88 atau Premium dipertahankan tidak naik. Untuk biosolar ini juga dipertahankan tidak naik‎," kata Jonan, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (5/3/2018).

Menurut Jonan, pemerintah akan berupaya semaksimal mungkin tidak menaikkan harga kedua jenis BBM tersebut. Namun, jika harga minyak mentah tembus US$ 100 per barel‎, maka pemerintah akan mengevaluasi kembali keputusan tersebut.

‎"Itu semaksimal kita bisa. Kalau crude-nya 100 gimana nanti akan dilihat lagi, tapi diputuskan tidak naik," tutur Jonan.

Jonan melanjutkan, instansinya akan mengonsultasikan keputusan tersebut dengan Komisi VII DPR. Selain itu, ia akan mencari kompensasi yang tepat untuk Pertamina agar tidak terbebani atas keputusan tersebut.

"Kita konsultasi dengan Komisi VII bentuk kopensasinya ke Pertamina seperti apa nanti akan kita bicarakan," dia menandaskan.

‎Dia pun optimistis upaya tidak menaikkan harga Premium dan Solar subsidi mendapat dukungan dari Komisi VII DPR. Pasalnya, hal tersebut untuk menjaga daya beli masyarakat.

Jonan pun membatah upaya ini untuk mencari simpati masyarakat saat menjelang pemiihan presiden pada 2019.

"Komisi VII juga mendukung, tidak naik karena memikirkan daya beli masyarakat. ‎Kalau ada yang bilang ini menjelang tahun politik, bukan karena menjaga daya beli masyarakat saja," tandasnya.‎

Tonton Video Ini:

Kenaikan Tarif Impor Baja AS Bayangi Harga Minyak Dunia

Harga minyak mentah dunia naik dipicu Wall Street yang turun ke sesi terendah. Namun, harga minyak masih berpotensi menuju penurunan mingguan pertamanya dalam tiga minggu dipicu kekhawatiran bahwa rencana AS untuk mengenakan tarif impor baja dan aluminium dapat menekan pertumbuhan ekonomi, di saat persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) naik.

Melansir laman Reuters, Sabtu (3/3/2018), harga minyak mentah Brent naik 30 sen menjadi US$ 64,13 per barel. Sementara minyak mentah AS naik 16 sen menjadi US$ 61,15.

Kedua kontrak harga minyak tersebut berbalik arah setelah mencatatat perdagangan yang lebih rendah di awal sesi.

"Tarif (baja dan aluminium) membawa kekhawatiran bahwa pertumbuhan ekonomi tidak akan mampu mendorong permintaan," kata Gene McGillian, Direktur Riset Pasar Tradition Energy.

Dia mengatakan, harga minyak mentah masih di bawah tekanan karena kekhawatiran produksi minyak AS cukup tinggi untuk mengimbangi penurunan produksi dari OPEC dan Rusia.

Pada Kamis, harga minyak juga senada dengan pasar saham yang melemah setelah Presiden Donald Trump mengatakan bahwa dia akan memberlakukan tarif impor untuk melindungi produsen negaranya.

Investor khawatir langkah tersebut akan memicu perang dagang, dengan pembalasan dari mitra utama seperti China, Eropa dan Kanada.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya