Liputan6.com, Jakarta Pengamat maritim yang juga Direktur National Maritime Institute (Namarin), Siswanto Rusdi mengungkapkan, insiden tumpahan minyak di Teluk Balikpapan, Kalimantan Timur akibat buruknya kualitas peta navigasi laut.
Diketahui, hasil investigasi Polda Kaltim mengungkapkan, tumpahan minyak tersebut berasal dari pipa bawah laut milik Pertamina dari Terminal Lawe-lawe, Penajam Paser Utara menuju Kilang RU V di Balikapapan yang putus. Diduga pipa terseret dan putus karena terkena jangkar kapal.
"Bagi saya mengungkapkan bahwa peta navigasi kita sangat bermasalah. Untuk daerah sepadat Balikpapan. Operasi pelayaran bahwa peta itu mutakhir. Dengan perairan yang padat dengan pipa minyak. Kenapa kapten melempar jangkar karena tidak ada di peta," ungkapnya dalam diskusi di Jakarta, Sabtu (7/4/2018).
Advertisement
Lebih jauh, dia mengatakan bahwa insiden yang disebabkan buruknya kualitas peta navigasi bukan baru kali ini saja terjadi.
"Saya ingat seperti Raja Ampat yang tiba-tiba menghancurkan terumbu karang. Ini dua kejadian yang sama dimana peta navigasi tidak termutakhirkan," jelas dia.
Karena itu, peta navigasi laut perlu diperbaiki, terutama di daerah-daerah yang padat serta memiliki aset-aset vital bawah laut, seperti di Balikpapan.
"Paling tidak peta laut mutakhir, kemudian daerah yang sensitif dari manuver pelayaran. Artinya kita akan selalu menemukan kapal tersangkut, kapal tertubruk," tegasnya.
Reporter: Wilfridus Setu Umbu
Sumber: Merdeka.com
Tonton Video Ini:
Pertamina Tambah Personel dan Kapal Pembersih Tumpahan Minyak
PT Pertamina (Persero) menambah armada kapal untuk mempercepat pembersihan Teluk Balikpapan. Pada operasi pembersihan hingga Jumat sore (6/4/2016), 21 kapal beserta 234 orang tim diturunkan, dengan berbagai kompetensi dalam melakukan pembersihan ceceran minyak.
‎Region Manager Communication & CSR Kalimantan Yudi Nugraha ‎mengatakan, tim yang melakukan pembersihan terdiri dari petugas lindungan lingkungan perairan, teknis support dan kru kapal. Armada kapal terdiri dari 11 unit tug boat, 3 unit patrol boat, 3 unit oil barge, dan 4 aluminium boat.
"Sebelumnya selama dua hari terakhir, Pertamina menurunkan 15 kapal untuk membersihkan Teluk Balikpapan," kata Yudi dalam keterangannya, Sabtu (7/4/2018).
Yudi melanjutkan, pembersihan diperluas dan sampai ke Kawasan Mangrove Karianggau. Mengingat posisinya di hutan mangrove, pembersihan saat ini paling efektif dengan cara manual.
Untuk lokasi di pesisir Kabupaten Penajam, pemulihan sisa ceceran minyak dilakukan dengan penyeprotan oil spill dispersant didukung dengan pembersihan manual.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan penduduk setempat juga sangat berperan serta dalam usaha pemulihan kondisi perairan.
Di perairan, sama seperti hari sebelumnya, Pertamina menurunkan empat tim untuk bekerja secara simultan untuk membersihkan perairan dari ceceran minyak dengan pembagian zona.
Zona pertama mencakup area Pangkalan LLP, Jetty dan Kampung Baru. Zona dua mencakup area Rede dan Kolam Labuh. Zona tiga mencakup Pantai Monpera dan Zona empat mencakup Outer Pantai.
"Sejak Rabu (4/4) pesisir Teluk Balikpapan terlihat jauh lebih bersih dari ceceran minyak dibanding hari pertama dan kedua terjadinya ceceran minyak," tandasnya.
Â
Advertisement