Maskapai Terbesar di Eropa Terancam Krisis

Saham Air France-KLM merosot 14,5 persen pada Senin waktu setempat usai CEO berhenti lantaran sengketa gaji pekerja.

oleh Agustina Melani diperbarui 08 Mei 2018, 15:30 WIB
Diterbitkan 08 Mei 2018, 15:30 WIB
4-7-1976: 35 Menit Dramatis Saat 3 Hercules Bebaskan 100 Sandera
Pembajak dari pesawat Air France. (jspace.com)

Liputan6.com, Jakarta - Saham Air France-KLM merosot 14,5 persen pada Senin waktu setempat usai CEO berhenti lantaran sengketa gaji pekerja.Ditambah sentimen negatif menekan harga saham yaitu Pemerintah Prancis mengatakan tidak akan intervensi untuk membantu.

Mengutip laman CNN Money, Selasa (8/5/2018), Menteri Keuangan Prancis Bruno Le Maire menuturkan, perselisihan buruh "mengancam kelangsungan hidup Air France".

Dia menambahkan, Pemerintah Prancis yang memiliki 14,3 persen perusahaan induk Air France-KLM tidak akan memberikan bailout. Pada Jumatpekan lalu, CEO Jean-Marc Janaillac mengatakan akan berhenti pada pertengahan Mei usai puluhan ribu staf Prancis dan pilot memilihmenentang tawaran pembayaran multi-tahunan. Janaillac telah memimpin perusahaan selama kurang dari dua tahun.

Air France termasuk maskapai penerbangan terbesar ke-17 di dunia dalam hal perjalanan penumpang. Hal itu berdasarkan asosiasi transportasi udara internaional atau the International Air Transport Association.

Air France membeli KLM pada 2004 menjadikan grup ini menjadi maskapai salah satu yang terbesar di Eropa. Maskapai menyatakan13 hari pemogokan oleh stafnya sudah habiskan biaya sekitar USD 358 juta.

Air France-KLM membukukan kerugian operasi USD 141 juta atau sekitar 118 juta euro pada kuartal I 2018. Ada pemogokan sebabkan kerugian sekitar USD 90 juta. Serikat buruh menjadwalkan lebih banyak pemogokan sehingga membuat pemimpin maskapai di Prancis itu membatalkan sekitar 15 persen penerbangannya pada Senin waktu setempat.

 

Selanjutnya

Ilustrasi pesawat (iStock)
Ilustrasi pesawat (iStock)

Analis menilai maskapai tersebut tidak dalam bahaya kehancuran. "Saya tidak berpikir ada ancaman langsung Air France akan keluar dari bisnis atau bangkrut," ujar Analis MainFirst Bank, Johannes Braun seperti dikutip dari laman CNN Money.

Braun menuturkan, kerugian yang dialami perseroan pada kuartal I 2018 tampak buruk. Namun perseroan memiliki neraca keuangan sehatdan akan hasilkan keuntungan pada 2018.

Serikat pekerja mencari kesepakatan pembayaran lebih baik karena maskapai mencapai kondisi keuangan lebih baik dari tahun sebelumnya.Air France menawarkan kenaikan gaji sekitar tujuh persen dalam empat tahun.

"Ini sangat murah hati. Jika manajemen, tidak memiliki pengaruh untuk menekan serikat pekerja, pada akhirnyasaya kira kita akan lihat kesepakatan upah ambisius yang akan meningkatkan biaya," tambah dia.

Sementara itu, Analis Penerbangan Bernstein Daniel Roeska menuturkan, kepergian CEO sebelum waktunya akanberfungsi sebagai panggilan politisi dan manajemen di Prancis.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya