Pemerintah Bangun Jalur Kereta Layang Senilai Rp 10 Triliun

Pemerintah membangun jalur kereta layang (loopline) dengan rute Serpong, Tanah Abang, Jakarta Kota, Kemayoran dan Manggarai.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Mei 2018, 20:02 WIB
Diterbitkan 11 Mei 2018, 20:02 WIB
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi di Universitas Cokroaminoto setelah membawakan kuliah umum pada pada Kamis pagi (19/4/2018).

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan, pemerintah berencana membangun jalur kereta api layang atau loopline di Jakarta pada 2019. Pembangunan tersebut diperkirakan menelan investasi sekitar Rp 10 triliun. 

"Kalau dilihat situasinya baru bisa mulai tahun depan. Pengerjaannya dua sampai tiga tahun. Investasinya mendekati Rp 10 triliun. Kita akan kerja sama dengan Pemprov DKI," ujar Budi saat ditemui di Gran Melia, Jakarta, Jumat (11/5/2018).

Budi Karya Sumadi mengatakan, pembangunan jalur kereta api layang dibutuhkan dalam rangka mengantisipasi keberadaan lintasan sebidang dan juga untuk meminimalisir kecelakaan di perlintasan kereta api. 

"Loopline itu pada dasarnya mengubah jalan lingkar jakarta menjadi elevated supaya tidak ada lintasan sebidang. Kalau tidak ada lintasan sebidang, ada dua hal yang paling diuntungkan adalah tidak ada intruksi perjalanan. Kedua adalah mengurangi kecelakaan," tutur dia.

Adapun rute pembangunan loopline ini akan melintasi daerah Serpong, Tanah Abang, Jakarta Kota, Kemayoran dan Manggarai. Sementara jenis kereta yang dipakai akan menggunakan kereta seperti LRT (Light Rail Transit).

"Lintasannya ada dari barat. Ada yang dari Serpong terus ke Tanah Abang ke Kota, Kemayoran balik lagi ke Manggarai yaitu elevated. Jenis keretanya hampir seperti LRT," ujar dia. 

 

Reporter: Anggun P.Situmorang

Sumber: Merdeka.com

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Jalur Kereta di Jakarta Akan Dibuat Melayang

Progres Pembangunan Stasiun Penunjang Jalur Kereta DDT Manggarai - Cikarang
Pemandangan saat pekerja menyelesaikan pembangunan Stasiun Klender, Jakarta, Selasa (24/4). Selain Klender, stasiun lain yang diperluas terkait DDT Manggarai-Cikarang adalah Klender Baru, Buaran, Cakung, dan Kranji. (Merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Sebelumnya, Pemerintah berencana memindahkan jalur kereta api di Jakarta dari menapak menjadi melayang (loopline). Hal ini bertujuan menghindari lintasan sebidang (palang pintu) yang dapat mengurangi laju kereta.

‎Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan, saat ini jalur kereta di Jakarta memiliki banyak lintasan sebidang. Kondisi ini mengurangi laju kereta dan kerap menimbulkan kecelakaan.

"Sekarang kereta api Jakarta, banyak lintasan sebidang. Lintasan yang mengelilingi lintasan sebidang," kata Budi, dalam diskusi terkait lintasan sebidang, di Jakarta, Selasa, 22 Agustus 2017.

Menurut Budi, upaya mengatasi hal tersebut muncul gagasan mengubah jalur kereta api yang saat ini menapak di tanah menjadi melayang. Dengan begitu, lalu lintas kendaraan tidak terganggu dan laju kereta bisa optimal.

"Bisa kita naikkan jadi elevated, dengan adanya loopline, lintasan sebidang tidak berarti berkurang kecepatan, kecepatan juga bertambah," dia menjelaskan. Jalur kereta yang akan dibuat melayang adalah yang melintasi dalam kota Jakarta.‎ "Misalnya, katakanlah yang ada dari Kebayoran Lama - Tanah Abang - Kota- Kota- Kemayoran, balik lagi ke selatan," papar Budi.

Dia mengungkapkan, biaya yang dibutuhkan untuk membuat jalur kereta Jakarta menjadi melayang ‎mencapai Rp 7 triliun sampai Rp 8 triliun.

Proyek tersebut rencananya digarap pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Jika studi rampung, pembangunannya akan dimulai 2018.

"Kira-kira Rp 7 triliun-Rp 8 triliun, nanti diinisiasi oleh Pemerintah DKI Jakarta, seperti MRT. Kolaborasi pusat dan daerah project itu ada dua hal, satu investasi, kedua kerjaan massal," dia menandaskan.

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya