Defisit Transaksi Berjalan Kuartal I 2018 USD 5,5 Miliar

Defisit transaksi berjalan kuartal I 2018 USD 5,5 miliar atau 2,1 persen dari PDB lebih rendah dari periode sebelumnya.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 12 Mei 2018, 10:30 WIB
Diterbitkan 12 Mei 2018, 10:30 WIB
Bank Indonesia
Bank Indonesia (ROMEO GACAD / AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia melaporkan defisit transaksi berjalan kuartal I 2018 menurun sehingga menopang ketahanan sektor eksternal perekonomian Indonesia. 

Defisit transaksi berjalan tercatat USD 5,5 miliar (2,1 persen PDB) pada kuartal I 2018, lebih rendah dari defisit pada kuartal sebelumnya yang mencapai USD 6,0 miliar (2,3 persen PDB).

Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Arbonas Hutabarat menjelaskan, penurunan defisit transaksi berjalan terutama dipengaruhi oleh penurunan defisit neraca jasa dan peningkatan surplus neraca pendapatan sekunder.

"Penurunan defisit neraca jasa terutama dipengaruhi kenaikan surplus jasa perjalanan (travel) seiring naiknya jumlah kunjungan wisatawan mancanegara dan menurunnya impor jasa pengangkutan (freight). Peningkatan surplus neraca pendapatan sekunder sejalan dengan naiknya penerimaan remitansi dari pekerja migran Indonesia," ujar dia, Sabtu (12/5/2018).

Sementara itu, surplus neraca perdagangan nonmigas menurun terutama dipengaruhi penurunan ekspor nonmigas. Impor nonmigas juga menurun meski lebih terbatas, dengan impor barang modal dan bahan baku masih berada pada level yang tinggi sejalan dengan kegiatan produksi dan investasi yang terus meningkat.

Sementara untuk transaksi modal dan finansial kuartal I 2018 tetap mencatat surplus di tengah tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global. Surplus transaksi modal dan finansial pada kuartal I 2018 tercatat USD 1,9 miliar, terutama ditopang oleh aliran masuk investasi langsung yang masih cukup tinggi.

Hal ini mencerminkan tetap positifnya persepsi investor terhadap prospek perekonomian Indonesia. Namun demikian, surplus transaksi modal dan finansial kuartal I 2018 tercatat lebih rendah dibandingkan dengan surplus pada kuartal sebelumnya.

Penurunan surplus tidak terlepas dari dampak peningkatan ketidakpastian di pasar keuangan global yang kemudian mengakibatkan penyesuaian penempatan dana asing di pasar saham dan pasar surat utang pemerintah.

"Penurunan surplus juga dipengaruhi oleh komponen investasi lainnya yang tercatat defisit, terutama dipengaruhi naiknya penempatan simpanan sektor swasta pada bank di luar negeri," tambah Arbonas.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Neraca Pembayaran Indonesia

Bank Indonesia
Bank Indonesia AFP PHOTO / ROMEO GACAD

Secara keseluruhan, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal I 2018 mencatat defisit seiring dengan menurunnya surplus transaksi modal dan finansial. Defisit NPI pada kuartal I 2018 tercatat USD 3,9 miliar.

"Neraca pembayaran kita overall balance-nya minus USD 3,8 miliar karena ada tekanan di finansial account kita. NPI (neraca pembayaran) tetap baik sehingga dapat menopang ketahanan eksternal Indonesia," kata Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo dalam konferensi pers pada Jumat 11 Mei 2018.

Dengan perkembangan NPI tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2018 tercatat sebesar USD126,0 miliar. Jumlah cadangan devisa ini setara dengan pembiayaan 7,7 bulan impor dan utang luar negeri pemerintah serta berada di atas standar kecukupan internasional.

Ke depan, NPI diprakirakan tetap baik sehingga dapat terus menopang ketahanan sektor eksternal. Bank Indonesia akan terus mencermati perkembangan global yang dapat memengaruhi prospek NPI, antara lain peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global, kecenderungan penerapan inward-oriented trade policy di sejumlah negara, dan kenaikan harga minyak dunia.

"Bank Indonesia terus menempuh bauran kebijakan moneter dan makroprudensial, serta memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah khususnya dalam mendorong kelanjutan reformasi struktural, sehingga ketahanan sektor eksternal Indonesia tetap terjaga," Arbonas mengakhiri.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya