Spekulasi Kebijakan The Fed hingga Harga Minyak Tekan Rupiah

Gubernur BI Agus Martowardojo menyampaikan fenomena pelemahan mata uang terhadap dolar AS didorong siklus kenaikan bunga di Amerika Serikat (AS).

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Mei 2018, 19:47 WIB
Diterbitkan 11 Mei 2018, 19:47 WIB
Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo mengenakan kain ulos dalam pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia. (Foto courtesy: IMF-World Bank).
Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo mengenakan kain ulos dalam pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia. (Foto courtesy: IMF-World Bank).

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo memaparkan pelemahan rupiah dan mata uang negara lain terhadap dolar Amerika Serikat. Pelemahan tersebut didorong ada penyesuaian suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (The Fed).

"Hingga 9 Mei 2018,month to date rupiah memang melemah 1,2 persen, tetapi di periode yang sama Thai Bath melemah 1,76 persen, Turki Lira, 5,27 persen," ujar dia dalam Konferensi Pers, di Kantor Pusat DJP, Jakarta, Jumat (11/5/2018).

Sementara itu, jika dihitung sejak 1 Januari 2018 hingga 9 Mei 2018 (year to date), rupiah terdepresiasi sebesar 3,67 persen terhadap dolar Amerika Serikat.

"Kemudian Filipina Peso (melemah terhadap dolar AS) 4 persen, India Rupee, 5,6 persen, Brazil Real, 7,9 persen, Rusia Rubel, 8,8 persen, Turkish Lira 11,4 persen,” tambah dia.

Ia menuturkan, fenomena pelemahan mata uang terhadap dolar AS didorong siklus kenaikan bunga di Amerika Serikat (AS). Kemudian harga minyak dunia juga turut memengaruhi gejolak nilai tukar mata uang ini termasuk rupiah.

"Risiko geopolitik, adanya tensi dagang Amerika-Tiongkok, serta pembatalan perjanjian nuklir AS-Iran yang mengakibatkan peningkatan mata uang dolar Amerika Serikat terhadap seluruh mata uang dunia, termasuk rupiah," ujar dia.

 

Reporter: Wilfridus Setu Embu

Sumber: Merdeka.com

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

Meski Menguat, Rupiah Masih di Kisaran 14.000 per Dolar AS

Rupiah Tembus 13.820 per Dolar AS
Teller menghitung mata uang dolar di penukaran uang di Jakarta, Jumat (20/4). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami pelemahan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat pada perdagangan Jumat pagi ini. Namun, nilai tukar rupiah masih berada di kisaran 14.000 per dolar AS.

Mengutip Bloomberg, Jumat 11 Mei 2018, rupiah dibuka di angka 14.028 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.084 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.023 hingga 14.060 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 3,73 persen.

Adapun berdasarkan Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.048 per dolar AS, menguat jika dibandingkan dengan patokan pada 9 Mei 2018 yang ada di angka 14.074 per dolar AS.

Research Analyst FXTM Lukman Otunuga menjelaskan, mata uang negara berkembang memang terus terpukul karena adanya apresiasi dari dolar AS. Risiko geopolitik yang terus menguat membuat dolar AS semakin perkasa.

Pada pekan ini, rupiah sempat menyentuh level terendah sejak Desember 2015, yaitu di 14.085 per dolar AS walaupun Bank Indonesia telah mengintervensi untuk mempertahankan rupiah.

"Rupiah masih berisiko semakin turun, terutama karena dolar AS diperkirakan dapat terus menguat didukung oleh ekspektasi kenaikan suku bunga AS," ujar dia.

Pelaku pasar akan terus mengamati bagaimana nilai tukar rupiah bereaksi di atas level psikologis yaitu 14.000 per dolar AS.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya