Ingin Bangun Pembangkit Energi Nuklir, Satu Negara Harus Perhatikan Hal Ini

Masalah penerimaan masyarakat pada rencana pembangunan pembangkit nuklir adalah tantangan di Indonesia.

oleh Nurmayanti diperbarui 15 Mei 2018, 13:30 WIB
Diterbitkan 15 Mei 2018, 13:30 WIB
Salah satu sesi diskusi di Forum Atomexpo 2018 di Sochi, Rusia. (Liputan6.com/Nurmayanti)
Salah satu sesi diskusi di Forum Atomexpo 2018 di Sochi, Rusia. (Liputan6.com/Nurmayanti)

Liputan6.com, Sochi - Pembangunan pembangkit energi nukir masih menjadi perdebatan di beberapa negara. Ini utamanya menyangkut masalah keselamatan. Banyak warga di negara yang ingin mengembangkan pembangkit energi nuklir kerap menolak salah satu sumber energi tersebut.

Modal untuk bisa mendapatkan penerimaan dari masyarakat terkait keberadaan pembangkit nuklir adalah edukasi dan pemberian informasi secara terus-menerus yang jelas serta terbuka dari pihak yang berwenang. Peran pemerintah, media, dan yang lainnya dipandang penting untuk menumbuhkan ketertarikan dan penerimaan masyarakat akan keberadaan pembangkit listrik.

Demikian antara lain diungkapkan Kirill Komarov, First Deputy Director General for Corporate Development and International Business Rosatom, pada acara Atomexpo 2018 di Sochi, Rusia.

Dia mencontohkan, masalah penerimaan masyarakat pada rencana pembangunan pembangkit nuklir terdapat di Indonesia. Masih terdapat kekhawatiran dari masyarakat di Indonesia, antara lain soal keselamatan. Ini mengingat kondisi geografis Indonesia yang kerap dilanda bencana, seperti gempa bumi, gunung meletus dan lainnya.

"Ini (penerimaan masyarakat) menjadi kunci dari prioritas nomor satu jika ingin membuat proyek pembangkit nuklir global," jelas Komarov.

Dia juga mengatakan, penerimaan masyarakat terkait keberadaan pembangunan pembangkit nuklir juga tidak hanya soal tujuan, tetapi juga pesan yang diberikan kepada masyarakat. Terutama tentang manfaat keberadaan pembangkit nuklir.

Komarov menyebutnya tentang bagaimana melihatnya dari konteks manusiawi. Pertama, dia mengatakan dengan adanya penerimaan dari masyarakat, minimal ini dari masyarakat yang ada di sekitar pembangkit nuklir.

"Seperti di Rusia, kami memiliki 18 pusat informasi yang berupaya memberikan informasi sebaik-baiknya kepada masyarakat," dia menambahkan.

Informasi yang berasal tidak hanya dari pemerintah dan media, tetapi juga dari pengelola pembangkit. Ini demi menghindari berbagai rumor dan informasi yang tidak jelas.

"Masyarakat dapat bertanya setiap saat," kata dia.

Usai adanya penerimaan dari masyarakat, menurut Komarov, hal lain adalah soal memenuhi apa yang menjadi kebutuhan masyarakat setempat. Terkadang hal ini bukan terkait dengan masalah sosial, tetapi juga ekonomi. "Seperti di Hungaria, mereka hanya butuh dibangunkan jembatan," dia menandaskan.

Menurut dia, sangat penting untuk selalu bekerja sama dengan penduduk lokal. Bila berbagai hal tersebut sudah dilakukan, dia berpendapat, tidak perlu menunggu lama untuk mengembangkan industri pembangkit nuklir hingga 2050.

Tonton Video Ini:

 

 

 

 

 

 

 

Atomexpo 2018

International Forum ATOMEXPO 2018 berlangsung di Sochi, Rusia pada 14 Mei sampai 16 Mei 2018.(Liputan6.con/Nurmayant)
International Forum ATOMEXPO 2018 berlangsung di Sochi, Rusia pada 14 Mei sampai 16 Mei 2018.(Liputan6.con/Nurmayant)

Forum energi nuklir kembali digelar untuk kesepuluh kalinya di Rusia. Kali ini, acara bertajuk International Forum ATOMEXPO 2018 berlangsung di Sochi, Rusia, pada 14 Mei sampai 16 Mei 2018.

Pada tahun ini, perwakilan dari 66 negara dan lebih dari 40 delegasi nasional turut hadir pada forum ini. Dengan mengusung tema utama Global partnership — joint success.

Direktur Jenderal ROSATOM Corporation Atomic Energy Corporation Aleksei Likhachev pada pembukaan, mengatakan, forum Atomexpo menjadi cerminan tumbuhnya industri energi nuklir. "Ini merupakan bagian paling penting dan integral dari pembangkit listrik hijau," kata dia di Sochi, Rusia, seperti dikutip Selasa (15/5/2018).

Dia mengatakan, sesuai tema yang diangkat pada kali ini, yakni kerja sama secara global maka kolaborasi, kerja sama, menjalin hubungan kemitraan jangka panjang memungkinkan semua pihak untuk mengembangkan dan bergerak maju bersama sambil memperkuat landasan pembangkit listrik hijau, yang merupakan bagian integral dari industri nuklir.

Aleksei Likhachev turut memperhatikan bahwa tujuan forum adalah untuk membuat langkah maju yang berani dalam hal pengembangan semua kompetensi nuklir dalam industri nuklir global.

Turut hadir pada acara ini, Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional Yukiya Amano, Direktur Jenderal William OECD Nuclear Energy Agency (NEA) D. Magwood IV. Hadir pula Direktur Jenderal World Nuclear Association (WNA) Agneta Rising, Ketua Asosiasi Operator Nuklir Dunia (WANO) Jacques Regaldo serta Ketua Dewan Federasi Komite Federasi Rusia untuk Kebijakan Ekonomi Dmitry Mezentsev.

Sementara Direktur Jenderal IAEA Yukiya Amano mengaku jika ATOMEXPO yang dimainkan Rusia dalam perkembangan industri nuklir dunia berperan penting.

"Saya telah melihat dengan mata saya sendiri bahwa industri Rusia sedang dikembangkan, unit daya baru dan akselerator sedang dibangun. Penting bagi IAEA untuk mendukung pengembangan industri nuklir, terutama upaya para pendatang baru di negara-negara tersebut, dan oleh karena itu kami mendukung forum ini memegang," katanya.

Berbagai hal dibahas dalam forum ini. Seperti format kemitraan dalam lingkup nuklir, masalah lingkungan, munculnya pusat-pusat baru untuk pertumbuhan energi nuklir.

Para peserta diskusi juga akan menyentuh masalah-masalah pengembangan teknologi tinggi dan masalah keamanan teknologi baru. Bahkan, perhatian khusus akan diberikan pada tren pengembangan energi nuklir untuk 10 tahun mendatang.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya