Liputan6.com, Jakarta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan penambahan subsidi Solar sebesar Rp 1.500 per liter dilakukan pada semester kedua di 2018. Saat ini perkembangan subsidi Solar masih menunggu proses di Kementerian Keuangan (Kemenkeu).
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Djoko Siswanto mengatakan, saat ini subsidi Solar dipatok Rp 500 per liter. Rencananya subsidi akan ditambah Rp 1.500 per liter sehingga total menjadi Rp 2.000 per liter.
"Tambah subsidi Solar, sekarang Rp 500 rencananya tambah Rp 1.500 jadi Rp 2.000," kata Djoko, seperti dikutip di Jakarta, Rabu (20/6/2018).
Advertisement
Menurut Djoko, penambahan subsidi Solar bertujuan untuk meringankan beban PT Pertamina (Persero) terkait kenaikan harga minyak dunia. "Penambahan subsidi Solar rencananya nanti semester kedua," ujar Djoko.
Adapun mekanisme penambahan subsidi dan waktu pengusulan tambahan subsidi, telah diserahkan ke Kemenkeu. Kementerian ESDM hanya sebatas mengusulkan besaran tambahan.
"Tanya mekanismenya ke Kementerian Keuangan. Rencana pastinya kapan, mekanismenya gimana tanya Kementerian Keuangan. Sounding-sounding ke DPR-nya gimana tanya ke Kementerian keuangan," dia menandaskan.
Pemerintah dan Pertamina Sepakat Subsidi Solar Jadi Rp 1.500
Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) usul untuk menambah biaya subsidi bahan bakar minyak (BBM) jenis Solar dari Rp 500 per liter menjadi Rp 1.500 per liter pada 2019.
Menteri ESDM Ignasius Jonan mengungkapkan, penambahan subsidi Solar itu dilakukan lantaran harga minyak mentah Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP) tetap akan tinggi pada tahun mendatang.
"Kita usulkan jadi Rp 1.500 pada 2019. Tantangannya begini, kita memprediksi ICP pada 2019 itu berkisar antara USD 60-70 per barel," ucap dia di Jakarta, Selasa (5/6/2018).
Baca Juga
Menanggapi hal tersebut, Corporate Secretary PT Pertamina (Persero) Syahrial Mukhtar menyatakan, pihaknya akan mengikuti arahan dari pemerintah terkait subsidi harga Solar. "Pemerintah memutuskan Rp 1.500 kita jalan dengan Rp 1.500," ujar dia.
Dia mengatakan, pihak pemerintah pasti telah memiliki pertimbangan khusus seperti acuan kenaikan harga minyak dunia sebelum meninggikan jumlah subsidi hingga tiga kali lipat, yakni dari Rp 500 per liter jadi Rp 1.500 per liter.
Selain itu, ia juga tak mau ambil pusing ketika disinggung pemerintah memberi angka subsidi yang lebih kecil dari rencana awal, yakni Rp 2.000 per liter.
"Bukan masalah enak enggak enak. Keputusan pemerintah itu pasti ada dasar semisal daya beli masyarakat. Mungkin itu juga sudah mempertimbangkan dari sisi Pertamina dan masyarakat secara berbarengan, dan ya kita ngikut," Syahrial menuturkan.
Advertisement