Rupiah Tersungkur 14.200 per Dolar AS, Ini Kata Sri Mulyani

Ini tanggapan Menkeu Sri Mulyani Indrawati terkait pelemahan nilai tukar rupiah 14.200 per dolar AS.

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Jun 2018, 14:25 WIB
Diterbitkan 28 Jun 2018, 14:25 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani di kantor pusat Ditjen Bea dan Cukai, Jakarta, Rabu (8/11/2017). (Fiki/Liputan6.com)
Menteri Keuangan Sri Mulyani (Fiki/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah terendah sejak awal 2018. Hari ini, mata uang Garuda tembus Rp 14.200 per dolar AS. Pada perdagangan siang hari ini, kurs bahkan sempat menyentuh Rp 14.217 per dolar AS. 

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, pemerintah bersama Bank Indonesia (BI) akan terus bekerja sama dalam rangka melakukan stabilisasi rupiah. BI telah melakukan berbagai kebijakan moneter.

"Kebijakan moneter Pak Gubernur (BI) sudah menyampaikan beberapa kali dan kita akan terus bekerja sama dan dari sisi eksternal balance akan terus diperbaiki meskipun dampaknya jangka menengah panjang," ujarnya di kantor Kemenkeu, Jakarta, Kamis (28/6/2018)

Sri Mulyani melanjutkan, faktor internal dan eksternal menjadi pemicu tersungkurnya nilai rupiah. Untuk kedua hal ini, pemerintah akan terus melakukan kontrol, agar pergerakan rupiah tidak terlalu jauh.

"Dari hal yang bisa kita kontrol akan dikontrol, terutama yang berhubungan dengan framework kerangka kebijakan makro. Apakah itu dari sisi fiskal, moneter, dan neraca pembayaran agar yang disebut furnerabilitas atau kerawanan itu tetap bisa ditekan," jelasnya.

"Dari sisi fiskal, defisit tetap kita jaga. Dan apa yang disebut jadwal penerbitan surat utang dan pelaksanaan dari sisi penerimaan dan belanja akan terus disampaikan agar ada yang namanya kepercayaan meskipun terjadi perubahan yang cukup besar," Sri Mulyani menambahkan. 

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut menambahkan, ke depan pemerintah akan memitigasi pergerakan baik sentimen pasar maupun fundamental seperti perubahan karena kebijakan AS atau penguatan dolar AS dan arus modal.

"Saya rasa kalau dari sisi instrumen itu kan salah satu pergerakan baik sentimen market maupun fundamental. Kalau yang sifatnya relatif, seperti perubahan karena kebijakan AS atau penguatan dolar dan arus modal maka kita perlu mitigasi," tandas Sri Mulyani. 

 

Reporter : Anggun P. Situmorang

Sumber : Liputan6.com

Rupiah di Posisi 14.258 per Dolar AS

Pelemahan Rupiah terhadap Dolar AS
Petugas menghitung uang pecahan dolar Amerika. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona hijau pada awal sesi perdagangan saham Kamis pekan ini.

Pada pra pembukaan perdagangan saham, Kamis (28/6/2018), IHSG naik tipis 4,03 poin atau 0,07 persen ke posisi 5.791,58. Indeks saham LQ45 menguat tipis 0,11 persen ke posisi 902.

Pada pembukaan pukul 09.00 WIB, IHSG masih bergerak naik terbatas. IHSG mendaki 2,5 poin atau 0,04 persen ke posisi 5.790. Indeks saham LQ45 naik 0,14 persen ke posisi 902.

Pada awal sesi perdagangan, IHSG sempat berada di level tertinggi 5.798,49 dan terendah 5.787,92. Sebanyak 118 saham menguat sehingga mendorong IHSG ke zona hijau. Sementara itu, 77 saham melemah dan 98 saham diam di tempat.

Transaksi perdagangan saham juga cukup ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 21.606 kali dengan volume perdagangan 489,1 juta saham. Nilai transaksi harian saham Rp 302,8 miliar. Investor asing jual saham Rp 18,25 miliar di pasar regular. Posisi dolar Amerika Serikat berada di kisaran Rp 14.268.

Sebagian besar sektor saham menguat dengan sektor tambang catatkan penguatan terbesar. Sektor tambang naik 0,62 persen, diikuti sektor saham aneka industri menguat 0,54 persen dan sektor saham pertanian menanjak 0,31 persen. Sektor saham infrastruktur turun 0,24 persen, dan catatkan penurunan terbesar.

Saham-saham catatkan penguatan antara lain saham MITI naik 15,24 persen ke posisi Rp 121 per saham, saham BIPI menguat 12,50 persen ke posisi Rp 63 per saham, dan saham IIKP mendaki 8,18 persen ke posisi Rp 238 per saham.

Sedangkan saham-saham yang tertekan antara lain saham SDMU melemah 10,75 persen ke posisi Rp 166 per saham, saham BIMA susut 6,67 persen ke posisi Rp 70 per saham, dan saham PKPK tergelincir 4,46 persen ke posisi Rp 150 per saham.

Bursa Asia pun bervariasi dengan kecenderungan melemah. Indeks saham Korea Selatan Kospi susut 0,44 persen, indeks saham Jepang Nikkei melemah 0,30 persen, indeks saham Shanghai turun 0,21 persen dan indeks saham Taiwan melemah 0,16 persen. Sedangkan indeks saham Singapura menguat 0,24 persen.

Mengutip laporan PT Ashmore Assets Management Indonesia, IHSG melemah 0,65 persen pada perdagangan kemarin didorong saham bank. IHSG melemah didorong sentimen global karena terdapat ketidakpastian.

Sebelumnya, laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi akan bergerak konsolidasi pada perdagangan saham Kamis 28 Juni 2018 Meski begitu, IHSG diharapkan dapat kembali menguat di tengah pelemahan kurs rupiah.

"IHSG berpeluang konsolidasi di kisaran 5.739 hingga 5.883," kata Analis PT Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji dalam ulasannya di Jakarta, hari ini. 

Sementara itu, Analis PT Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi memprediksi, hari ini IHSG masih akan melanjutkan konsolidasi.

"Hingga akhir pekan, IHSG diprediksi akan terkonsolidasi. Dan kisarannya berada pada rentang 5.770 sampai 5.824," ungkap Lanjar.

Berbeda, Analis PT Indosurya Bersinar Sekuritas William Suryawijaya meramalkan IHSG akan menguat. Ia menuturkan IHSG belum akan bergerak fluktuatif di tengah penantian rilis data perekonomian suku bunga acuan Bank Indonesia (BI).

Untuk diketahui, jadwal Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan Juni 2018 diselenggarakan Bank Indonesia pada Kamis-Jumat, 28-29 Juni 2018.

"Gejolak nilai tukar rupiah untuk saat ini masih memberikan pengaruh terhadap pola gerak IHSG. Rentan pergerakan berada di level 5.779-5.998," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya