Rupiah Menguat ke 15.765 per Dolar AS, Potensi Anjlok Masih Besar

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan potensi pelemahan rupiah ke area 15.800 per dolar AS, dengan potensi support di kisaran 15.700 per dolar AS hari ini.

oleh Arthur Gideon diperbarui 13 Nov 2024, 10:45 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2024, 10:45 WIB
FOTO: Akhir Tahun, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Menguat
Pada Rabu (13/11/2024), nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta menguat 17 poin atau 0,10 persen menjadi 15.765 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 15.782 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat tipis pada perdagangan Rabu ini. Namun penguatan rupiah ini rentan karena dolar AS diperkirakan akan melanjutkan penguatan. 

Pada Rabu (13/11/2024), nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta menguat 17 poin atau 0,10 persen menjadi 15.765 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 15.782 per dolar AS.

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra memproyeksikan rupiah melemah seiring pasar mengantisipasi kemungkinan kebijakan perang dagang AS.

"Tren penguatan dolar AS masih berlanjut karena pasar masih mengantisipasi kemungkinan kebijakan perang dagang atau kenaikan tarif perdagangan AS di pemerintahan Trump," kata Ariston dikutip dari Antara.

Ariston menuturkan pagi ini indeks terlihat naik lebih tinggi lagi ke level 105,92, pagi sebelumnya masih di kisaran 105,50-an. Indeks dolar AS mungkin masih naik ke arah level-level resisten di sekitar 106,5-107.

Selain itu, pasar juga berekspektasi bank sentral AS atau The Fed bakal mengurangi pemangkasan suku bunga acuannya tahun depan karena kemungkinan kenaikan inflasi di masa pemerintahan Presiden AS Donald Trump.

Ketegangan di Timur Tengah juga masih menjadi pertimbangan pasar untuk bertahan di aset aman dolar AS. Ariston mengatakan potensi pelemahan rupiah ke area 15.800 per dolar AS, dengan potensi support di kisaran 15.700 per dolar AS hari ini.

Sri Mulyani Was Was Rupiah Amblas Gara-Gara Donald Trump Menang Pilpres AS

Menteri Keuangan Sri Mulyani rapat dengan jajaran Bea Cukai pada Sabtu, 27 April 2024 di Kantor Bea Cukai Soekarno Hatta. (Foto: Instagram @smindrawati)
Menteri Keuangan Sri Mulyani rapat dengan jajaran Bea Cukai pada Sabtu, 27 April 2024 di Kantor Bea Cukai Soekarno Hatta. (Foto: Instagram @smindrawati)

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyoroti kondisi Rupiah setelah hasil Pilpres AS menunjukkan Donald Trump kembali terpilih untuk mengisi kursi kepresidenan periode kedua.

Menkeu melihat, kemenangan Trump dalam Pilpres AS menimbulkan dampak signifikan pada pasar keuangan global, tak terkecuali pada Rupiah.

Sri Mulyani memaparkan, nilai tukar Rupiah sempat menguat hingga bulan Oktober 2024, bahkan mencapai Rp 15.200 per dolar AS (USD).

Namun, posisi tersebut tidak berlangsung lama, lantaran adanya perubahan sentimen global imbas ekspektasi penurunan Fed Fund Rate oleh The Fed memengaruhi kondisi pasar.

"Dengan terpilihnya kembali Presiden Trump, indeks Dolar AS mengalami penguatan, sehingga nilai tukar Rupiah kita kemarin cenderung mengalami tekanan," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa di kantor Kemenkeu, Jumat (8/11/2024).

Secara keseluruhan, depresiasi nilai tukar Rupiah mencapai 2,68 persen.

 

Kinerja Masih Baik

Namun, Sri Mulyani juga mencatat bahwa kinerja Rupiah masih relatif baik jika dibandingkan dengan negara-negara G7 dan G20 lainnya.

Sebagai contoh, Dolar Kanada mengalami depresiasi hingga 4,46 persen, Peso Filipina 5,69 persen, dan Won Korea Selatan mencapai 6,79 persen.

"Kita relatif masih cukup baik dari sisi nilai tukar kita," imbuhnya.

Sri Mulyani pun menegaskan bahwa kondisi ekonomi Indonesia akan terus dipantau dan dikelola dengan cermat hingga akhir tahun.

“Kami berharap perekonomian tetap terjaga dalam posisi yang positif hingga akhir tahun," tutup Sri Mulyani. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya