Rupiah Bergerak Stabil di Kisaran 14.415 per Dolar AS

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.409 per dolar AS hingga 14.424 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 31 Jul 2018, 11:15 WIB
Diterbitkan 31 Jul 2018, 11:15 WIB
Pelemahan Rupiah terhadap Dolar AS
Petugas memperlihatkan uang pecahan dolar Amerika di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Jumat (18/5). Pagi ini, nilai tukar rupiah melemah hingga sempat menyentuh ke Rp 14.130 per dolar Amerika Serikat (AS). (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak stabil dengan potensi menguat pada perdagangan Selasa pekan ini.

Mengutip Bloomberg, Selasa (31/7/2018), rupiah dibuka di angka 14.415 per dolar AS, tak berbeda dengan penutupan perdagangan sebelumnya yang ada di angka 14.415 per dolar AS.

Sejak pagi hingga siang hari ini, rupiah bergerak di kisaran 14.409 per dolar AS hingga 14.424 per dolar AS. Jika dihitung dari awal tahun, rupiah melemah 6,34 persen.

Sedangkan berdasarkan Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah dipatok di angka 14.413 per dolar AS, tak berbeda jauh juga jika dibandingkan dengan patokan sehari sebelumnya yang ada di angka 14.409 per dolar AS.

"Nilai tukar rupiah bergerak menguat terhadap dolar AS menjelang lelang Surat Utang Negara (SUN) yang diperkirakan akan lebih baik dibandingkan lelang sukuk pekan lalu," kata Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail dikutip dari Antara.

Ia memproyeksikan mata uang rupiah kemungkinan bergerak di kisaran level 14.390 per dolar AS hingga 14.410 per dolar AS pada hari ini dengan kecenderungan menguat.

Ahmad menambahkan apresiasi rupiah itu juga dipicu posisi dolar AS yang cenderung melemah terhadap sejumlah mata uang dunia seperti euro menyusul hasil rapat Bank Sentral Eropa (ECB) yang memberikan sinyal akan mengurangi stimulus moneternya secara bertahap.

Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada menambahkan sentimen dari dalam negeri mengenai data ekonomi, yakni inflasi Juli 2018 yang diproyeksikan stabil menambah faktor positif bagi pergerakan rupiah.

"Berbagai upaya terus dilakukan pemerintah untuk menjaga stabilitas ekonomi, situasi itu akan menjaga pergerakan nilai tukar rupiah," katanya.

Ia memproyeksikan nilai tukar rupiah akan bergerak di kisaran 14.396-14.411 per dolar AS pada Selasa ini dengan kecenderungan menguat.

Meski demikian, tetap cermati dan waspadai berbagai sentimen yang dapat membuat rupiah kembali melemah.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Rupiah Masih Bakal Terombang-ambing hingga 2019

Pelemahan Rupiah terhadap Dolar AS
Petugas menghitung uang pecahan dolar Amerika di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Jumat (18/5). Pagi ini, nilai tukar rupiah melemah hingga sempat menyentuh ke Rp 14.130 per dolar Amerika Serikat (AS). (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Nilai tukar rupiah diperkirakan masih akan terombang-ambing sampai tahun depan. Diperkirakan, rupiah baru akan stabil setelah 2019. Sentimen yang mempengaruhi gerak nilai rupiah lebih banyak dari luar negeri.

"Kalau sekarang masih sulit ditebak faktor globalnya. Fed Reserve (Bank Sentral Amerika Serikat) dan ECB (European Central Bank) akan serempak naikkan suku bunga di 2019," ujar Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira kepada Liputan6.com, dikutip Senin (30/7/2018)

"Ada tahun politik juga di 2019, efek ke spekulasi," dia menambahkan. 

Volatilitas rupiah dapat terjaga selepas 2019 yang sarat dengan tensi panas tahun politik, sehingga dana asing mulai dapat masuk lagi ke Indonesia.

"Selain itu, perang dagang Amerika Serikat (AS)-China akan menemui konsesus alias kedua belah pihak sepakat mengakhiri kenaikan bea masuk. Sama seperti AS yang berdamai dengan Eropa," ungkapnya.

Seperti diketahui, ketegangan perseteruan dagang antara AS dan Uni Eropa mereda beberapa waktu lalu setelah Presiden AS Donald Trump dan Presiden Uni Eropa Jean-Claude Juncker mencapai kata mufakat untuk menurunkan hambatan tarif (tariff barrier) dan hambatan nontarif.

Namun begitu, Bhima menyebutkan, ia belum bisa memperkirakan secara pasti kapan perang dagang AS-China dapat tuntas.

"Belum tahu pastinya. Semoga di 2019 sudah clear. Ini kan China dituduh lakukan devaluasi yuan (mata uang Tiongkok). Itu memperkeruh keadaan," tutur dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya