Pengusaha Kapal Kumpul Bahas Persoalan pada Transportasi Laut

Transportasi laut memiliki peran penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia sebagai negara kepulauan.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 02 Agu 2018, 13:23 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2018, 13:23 WIB
Ilustrasi kapal angkutan.
Ilustrasi kapal angkutan.(AP Photo/Dario Lopez-Mills, File)

Liputan6.com, Jakarta Para pengusaha kapal yang tergabung dalam DPP Indonesian National Shipowners Association (INSA) menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) INSA 2018. Rakernas ini mengambil tema Peran INSA dalam Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi Nasional.

Acara dihadiri 400 peserta yang terdiri dari pengurus DPP INSA, DPC INSA seluruh Indonesia dan anggota INSA. Hadir juga perwakilan Kementerian Perhubungan yaitu Sekjen Kemenhub Djoko Sasono.

Menurut Djoko, peran pengusaha kapal sampai saat ini terus berkembang. Ini sangat membantu pemerintah dalam mengembalikan kejayaan maritim Indonesia dan menurunkan ongkos logistik.

"Peran industri perkapalan saat ini terus meningkat dalam pertumbuhan ekonomi. Terlihat pada 2006 jumlah kapal itu hanya 6.000 kapal, di 2016 melonjak menjadi 24 ribu kapal," ucap Djoko di Menara UOB, Jakarta, Kamis (2/8/2018).

Sementara itu Ketua Umum INSA Carmelita Hartoto menjelaskan, Rakernas ini bertujuan melaksanakan Anggaran Dasar INSA pasal 14 ayat 1 serta menindaklanjuti Hasil Rapat umum Anggota (RUA) INSA ke XVI di Jakarta, menginformasikan Pencapaian Program Kerja DPP INSA sesuai dengan rencana dan perkembangan pembangunan nasional di bidang kemaritiman yang akan dan sedang dilaksanakan saat ini.

Tujuan lainnya untuk mengidentifikasi persoalan-persoalan yang masih ada dalam transportasi laut, baik persoalan kebijakan, investasi, organisasi, infrastruktur penunjang maupun operasional bottle neck bagi peningkatan daya saing usaha transportasi laut guna berpartisipasi dalam Masyarakat Ekonomi Asean.

Sekaligus bertujuan merumuskan rekomendasi dan merealisasikan aksi di bidang transportasi laut secara komprehensif dan menyerahkannya kepada pemerintah sebagai kontribusi dari industri pelayaran nasional dengan harapan terjadi revolusi mental.

Menurut Carmelita, transportasi laut memiliki peran penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional Indonesia sebagai negara kepulauan. Selain kunci dari kelancaran arus barang dan orang, tumbuh kembangnya industri pelayaran juga akan mengerek kinerja industri terkait lainnya.

"Mengingat strategisnya industri pelayaran bagi pertumbuhan ekonomi nasional, untuk itu DPP INSA perlu mengindetifikasi hambatan yang terjadi di industri pelayaran nasional," kata Carmelita.

Sekretaris Umum INSA Budhi Halim ikut menambahkan, pertumbuhan armada niaga nasional berkualitas tentunya harus diiringi dengan Sumber Daya Manusia (SDM) Pelaut yang sesuai dengan kebutuhan industri pelayaran. Hal ini tidak terlepas dari dinamisnya perkembangan industri pelayaran nasional.

Budhi pun berharap kebijakan-kebijakan yang sudah terbukti berdampak positif bagi industri pelayaran nasional dapat berjalan secara konsisten, seperti kebijakan asas cabotage yang telah mengerek pertumbuhan jumlah armada niaga nasional dan industri terkait lainnya.

"Peningkatan SDM Pelaut dan konsistensi kebijakan asas cabotage menjadi bagian penting dalam menuju Indonesia sebagai poros maritim dunia," pungkasnya.(yas)

INSA: Jumlah Pekerja Wanita di Sektor Kemaritiman Masih Minim

Ketua Umum Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) Carmelita Hartoto.
Ketua Umum Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) Carmelita Hartoto. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Ketua Umum Indonesian National Shipowners’ Association (INSA) Carmelita Hartoto berharap kaum perempuan turut terjun menggeluti dunia kemaritiman. Apalagi, jumlah pekerja wanita di sektor ini masih minim.

“Tidak ada perbedaan perlakuan antara laki-laki dan perempuan di dunia maritim Indonesia. Mereka memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang,” jelas Carmelita, Kamis (15/3/2018).

Dia menyampaikan ini saat menjadi tamu kehormatan pada acara Pameran dan Konfrensi Asia Pacific Maritime (APM) ke-15 di Singapura. Acara yang berlangsung di Marina Bay Sands, Singapura, digelar selama tiga hari dari 14 hingga 16 Maret 2018 dan dihadiri seluruh pelaku kemaritiman dan stakeholder kemaritiman dunia.

Dia menuturkan, jumlah pelaut perempuan masih cukup sedikit jika dibandingkan pelaut laki-laki. Per 9 Maret 2018, jumlah pelaut perempuan mencapai 10,320 orang dari total jumlah pelaut yang ada yakni 899,768 orang.

Carmelita mengatakan peran perempuan dalam dunia kemaritiman sudah dimulai sejak lama. “Peran perempuan dalam kancah kemaritiman tidak bisa dipisahkan sejak lama, misalnya adanya Laksamana Malahayati yang dikenal sebagai pahlawan dan memimpin perjuangan perempuan Aceh pada abad ke 16,” jelas dia.

Perbedaan perlakuan gender antara perempuan dan laki-laki pada dunia maritim Indonesia sudah mulai mengikis seiring semakin besarnya peran perempuan di kancah maritim saat ini. Kesempatan berkembang bagi perempuan di dunia maritim sangat terbuka, tergantung dari kompetensi individu masing-masing.

Kendati begitu, katanya, peran perempuan dalam industri maritim Indonesia telah memasuki banyak bidang. Hal ini bisa dilihat dari beberapa jabatan strategis yang telah dipegang perempuan di dunia kemaritiman Indonesia sejak beberapa tahun terakhi

Peran perempuan itu misalnya, menjadi pelaku usaha pelayaran, menjadi pucuk pimpinan manajemen perusahaan pelayaran, pejabat di kementerian terkait kemaritiman, pakar hukum maritim dan konsultan hukum maritim.

Tonton Video Pilihan Ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya