Ekonomi Jakarta Tumbuh Melambat, Kenapa?

Perekonomian DKI Jakarta pada kuartal II 2018 melambat, lebih rendah dari prediksi BI. Apa penyebabnya?

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 07 Agu 2018, 09:45 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2018, 09:45 WIB
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi 2
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi

Liputan6.com, Jakarta - Perekonomian DKI Jakarta pada kuartal II 2018 melambat dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal sebelumnya, dan lebih rendah dari prakiraan Bank Indonesia. Perlambatan terutama disebabkan pelemahan kinerja Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan ekspor yang mengakibatkan pertumbuhan ekonomi Jakarta pada kuartal II turun menjadi 5,93 persen (yoy), dari 5,99 persen (yoy) pada kuartal sebelumnya.

Lebih lanjut, pertumbuhan sepanjang semester I 2018 (5,96 persen c-to-c) juga tercatat lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (6,28 persen c-to-c).

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta Trisno Nugroho menjelaskan, melambatnya kinerja PMTB terutama disebabkan oleh perlambatan pada investasi bangunan, sejalan dengan pembangunan infrastruktur Ibu Kota yang rata-rata telah mencapai progress 90 persen sehingga berdampak pada relatif rendahnya aktivitas belanja modal.

"Hal tersebut juga berdampak pada berkurangnya impor barang modal, sehingga menyebabkan kinerja impor pada kuartal II melambat. Lebih lanjut, berkurangnya kinerja ekspor dipengaruhi oleh melambatnya ekspor jasa yang mendominasi komponen tersebut," paparnya, Selasa (7/8/2018).

Melambatnya ekspor jasa ini disebabkan berkurangnya jumlah tamu hotel mancanegara pada kuartal II, yang umumnya datang untuk urusan berbisnis atau MICE (meeting, incentive, convention, and exhibition), sejalan dengan relatif sedikitnya penyelenggaraan MICE pada masa bulan puasa yang jatuh pada kuartal II.

Di sisi lain, kemampuan konsumsi rumah tangga di DKI Jakarta pada kuartal II 2018 menguat dan mencatat pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Hal tersebut tidak terlepas dari momen bulan puasa dan Idul Fitri yang mendorong belanja masyarakat lebih tinggi.


Pemacu belanja

Good News Today: Kabar Gembira THR, THR PNS, Harga Bawang Turun
Ilustrasi uang. (via: istimewa)

Selain itu, ditambahkan Trisno, pemberian tunjangan hari raya (THR) juga menjadi faktor pemacu belanja. "THR yang juga dinikmati oleh PNS mendorong belanja pegawai pada keuangan pemerintah. Hal ini kemudian mendongkrak pertumbuhan konsumsi pemerintah, yang pada kuartal II kembali tumbuh positif setelah mengalami kontraksi pada kuartal sebelumnya," kata dia.

Konsumsi Lembaga Non-Publik yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) juga mengalami akselerasi pertumbuhan, sejalan dengan penyelenggaraan pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak pada Juni.

Kinerja perekonomian dari sisi pengeluaran tersebut juga tecermin pada kinerja perekonomian dari sisi lapangan usaha (LU). Menguatnya konsumsi rumah tangga turut mendorong pertumbuhan LU Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor yang lebih baik dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.

"Meskipun momentum perbaikan ekonomi tertahan pada kuartal II, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi tetap positif pada kuartal berikutnya," kata Trisno.

Kondisi itu akan didukung dengan penyelenggaraan Asian Games 2018, dengan DKI Jakarta sebagai salah satu kota penyelenggara bersama Palembang. Perhelatan Asian Games tersebut akan mendorong ekspor, khususnya ekspor jasa melalui kunjungan para atlet, delegasi, dan para pendukung dari negara-negara yang bertanding.

Hal tersebut juga akan mendorong pertumbuhan LU Perdagangan melalui penjualan cinderamata, maupun produk-produk lain yang hanya ditemukan di Jakarta.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya