Tiga Sektor Usaha Ini Berpotensi Dongkrak Ekspor RI

Ada tiga hal yang bisa diupayakan pemerintah untuk genjot ekspor.

oleh Merdeka.com diperbarui 07 Agu 2018, 19:10 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2018, 19:10 WIB
Investasi Meningkat, Ekonomi Indonesia Kuartal 1 Tumbuh 5,06 Persen
Pekerja menyelesaikan pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Senin (7/5). Badan Pusat Statistik (BPS) melansir pertumbuhan ekonomi kuartal 1 2018 mencapai 5,06%.(Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Jakarta - Ada tiga hal yang bisa diupayakan pemerintah untuk genjot ekspor. Ekonom Avialiasi menuturkan, hal pertama yang bisa dilakukan untuk dongkrak pendapatan devisa adalah dengan cara memaksimalkan ekspor jasa yaitu sektor pariwisata.

"Menurut saya pariwisata belum digarap. Saat ini banyak pariwisata cuma domestik, tapi sebenarnya dari Asia tuh paling tinggi China, Jepang dan beberapa negara lain sekarang mulai muncul di sini. Jadi kita harus garap," kata Aviliani saat ditemui dalam sebuah acara diskusi di Jakarta, Selasa (7/8/2018).

Dia menjelaskan, saat ini sektor pariwisata Indonesia terkesan masih dikelola dengan cara ego sektoral. Akan lebih baik jika ada koordinasi khusus yang mengurusi bidang pariwisata.

"Persoalan kita garapnya masing-masing. Akomodasi sendiri, transportasi sendiri. Ini harus membentuk tim untuk mendatangkan (wisatawan), itu devisanya besar banget," ujar dia.

Yang kedua lanjutnya, adalah pasar makanan halal. Saat ini, ekspor makanan halal terbesar dikuasai oleh negara tetangga yaitu Thailand.

Padahal sebagai negara dengan mayoritas umat beragama muslim, Indonesia mempunyai peluang untuk masuk ke pasar makanan halal.

"Kedua yang saya lihat potensi kita adalah industri berbasis pangan  yang halal ya. Sekarang Thailand yang ekspor tertinggi, harusnya kita bisa. Itu juga harus digarap," ujar dia.

Terakhir, dia menyarankan agar ada pengurangan impor bahan baku untuk industri farmasi dalam negeri. "Farmasi saya melihatnya sekarang 95 persen impor ya. Kenapa ? Karena kita masih menggunakan bahan baku impor,” ujar dia.

Padahal, Indonesia cukup kaya akan sumber obat-obatan alami. Jika bisa meniru China, bukan tidak mungkin Indonesia bisa menjadi negara yang terkenal dengan obat-obatan herbal.

"Sebenarnya kita punya herbal, seperti China itu pakai herbal itu ternyata dia mampu mengekspor terbesar juga, itu juga belum digarap. Jadi masih menungkinkan dalam waktu 5 tahun ke depan ini mengubah orientasi ekspor kita yang hanya CPO dan batu bara,” kata dia.

 

Reporter: Yayu Agustini Rahayu

Sumber: Merdeka.com

 

Sri Mulyani Paparkan Pentingnya Pertumbuhan Ekspor bagi Ekonomi Indonesia

Sri Mulyani
Menteri Keuangan Sri Mulyani indarwati saat menjadi keynote speaker pada Seminar Women's Participation for Economic Inclusiveness di Hotel Sheraton Surabaya dikutip dari laman Facebook, Jumat (2/8/2018). (Liputan6.com/Loop/humas menkeu)

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menuturkan, peningkatan ekspor sangat diperlukan untuk dongkrak pertumbuhan ekonomi.

Oleh karena itu, pemerintah terus dukung perusahaan berorientasi ekspor melalui pemberian beberapa fasilitas fiskal.

Sri Mulyani menyampaikan hal itu saat menjadi pembicara kunci dalam acara Gathering Eksportir Indonesia yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Bea Cukai. Pertemuan ini menjadi sangat penting untuk mendorong peningkatan nilai ekspor dan investasi Indonesia. 

"Pemerintah ingin ekonomi tumbuh kita harus tumbuh dengan ekspor yang lebih tinggi. Maka ekspor penting sekali. Penting bagi pemerintah bagaimana kita bisa memacu ekspor namun juga bagaimana kita mengurangi impor," ujar dia di Kantor Pusar DJBC, Jakarta, Selasa 7 Agustus 2018.

Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan konkrit yang dapat membantu menggairahkan ekspor berupa fasilitas fiskal dengan meniadakan pungutan perpajakan pada industri pengolahan barang bertujuan ekspor.

Peniadaan pungutan perpajakan diharapkan menimbulkan multiplier effect berupa peningkatan investasi, peningkatan ekspor dan terciptanya lapangan kerja bagi masyarakat yang bermuara pada pertumbuhan ekonomi nasional. 

Adapun berbagai skema kemudahan fiskal yang telah diberikan oleh pemerintah di antaranya Kawasan Berikat dan Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) bagi perusahaan industri, serta Pusat Logistik Berikat untuk supply bahan baku kepada perusahaan industri.

Selain itu, dalam rangka mempercepat laju pertumbuhan perdagangan luar negeri Indonesia dan meningkatkan daya saing pelaku bisnis untuk mendorong program ekspor nasional, Kemenkeu bersinergi dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). 

Sinergi ini untuk memberikan pembiayaan ekspor nasional dan jasa konsultasi yang berkualitas sebagai solusi terhadap kebutuhan ekspor Indonesia.

Serta meningkatkan kemampuan pelaku usaha, termasuk usaha kecil dan menengah untuk menghasilkan produk berorientasi ekspor yang unggul dan berdaya saing. 

Sri Mulyani menambahkan, pengusaha harus mampu memanfaatkan kondisi ekonomi global saat ini yang berdampak pada pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Dia meminta pengusaha dapat melihat peluang dari setiap pergerakan ekonomi untuk mendongkrak ekspor. 

"Saya berharap bapak ibu menggunakan saat ini menjadi opportunity. Space ini untuk menambah ekspor anda. Tapi ada yang tidak punya modal, harusnya ke LPEI. Karena akan tidak masuk akal kalau bisnis Anda yang sudah punya order tapi tidak bisa cari modal," ujar dia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya