Kementerian ESDM Kaji Formula LPG Baru, Harga Bisa Lebih Murah?

Kementerian ESDM sedang merumuskan formula baru harga Liquified Petroleum Gas (LPG).

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 27 Agu 2018, 20:10 WIB
Diterbitkan 27 Agu 2018, 20:10 WIB
Pertamina Tingkatkan Produksi Elpiji 3 Kg Selama Ramadan
Pekerja melakukan proses pengisian LPG ke tabung Elpiji 3 kg di Depot LPG Tanjung Priok, Jakarta, Senin (21/5). Pertamina meningkatkan produksi pengisian tabung Elpiji 3 Kg sebanyak 4 persen selama bulan Ramadan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (Kementerian ESDM) sedang merumuskan formula baru harga Liquified Petroleum Gas (LPG). Dengan ada acuan baru diharapkan harga LPG bisa lebih murah.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Djoko Siswanto mengatakan, pihaknya sedang menghitung detail harga LPG dari masing-masing sumber.‎ Termasuk merinci semua komponen biaya di antaranya, asuransi, transportasi,  penyimpanan, pengangkutan,dan biaya distribusi.

"Ini data-datanya kami kumpulkan semua. Kami rinci lebih dalam mana yang lebih real realisasi," kata Djoko, di Jakarta, Senin‎ (27/8/2018).

Djoko mengungkapkan, formula harga LPG yang baru akan mengacu pada kondisi komponen yang‎ sebenarnya, sehingga akan jauh lebih fleksibel untuk menyesuaikan harga. Sedangkan selama ini, formula harga LPG hanya berdasarkan hitungan rata-rata dan tidak ada penyesuaian.

"Kayak sekarang harganya minyak dulu harga minyak USD 100 sekarang USD 70. Harus kita sesuaikan jadi konstantanya harus kita sesuaikan dengan data-data yag se real sekarang," tutur Djoko.

Djoko menuturkan, jika formula harga LPG baru mulai diterapkan, akan menciptakan efisiensi yang berujung pada harga LPG lebih murah atau tidak ada kenaikan harga. Namun, dia masih akan mengkaji detail dampak tersebut.

"Tapi ini lagi kita kaji. Bila lebih murah sehingga harga tidak naik. Karena harga dasarkan formulanya lebih murah, lebih murah artinya kan harga tidak naik," ujar dia.

 

* Update Terkini Jadwal Asian Games 2018, Perolehan Medali hingga Informasi Terbaru dari Arena Asian Games 2018 dengan lihat di Sini

 

 

Kurangi Impor LPG, Jonan Dorong Gasifikasi Batu Bara

Pertambangan
Ilustrasi Foto Pertambangan (iStockphoto)

Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mendorong peningkatan nilai tambah batu bara dengan mengkonversi menjadi gas. Upaya tersebut bisa mengurangi porsi penggunaan Liqufied Petroleum Gas (LPG).

Jonan mengatakan, ‎Batu bara bisa memiliki nilai tambah dengan gasifikasi. Hal tersebut bisa mengurangi peran LPG. Oleh sebab itu, Jonan meminta agar perusahaan batu bara melakukan hal tersebut. 

"Yang harus didorong semua perusahaan tambang mendorong coal to liquid, coal to gas," kata Jonan, saat rapat dengan Komisi VII DPR, di Gedung DPR, Rabu 30 Mei 2018.

Gasifikasi batu bara tersebut mampu mengurangi impor LPG. Saat ini memang mayoritas pasokan LPG berasal dari luar negeri. Dari sekitar 6,7 juta ton konsumsi LPG nasional, 5 juta ton dipasok dari impor.

Jonan telah mendorong PT Pertamina (Persero) untuk bekerjasama dengan perusahaan batu barauntuk menerapkan gasifikasi. Dia pun siap mempermudah perizinan jika ada investor yang minat meningkatkan nilai tambah batu bara.

Kementerian ESDM melalui Badan Litbang ESDM mengaplikasikan dan mengusahakan clean coal technology dengan konsep coal to gas, dengan produk Teknologi Gasifikasi Mini Batubara, teknologi gasifikasi untuk pembangkit listrik skala kecil (1MW) dan teknologi Underground Coal Gasification, serta pengembangan konversi batubara kegas antara lain untuk Dimetil Eter (DME).

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya