Pidato Trump Tahan Lonjakan Harga Minyak

Dalam Pidatonya di hadapan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Trump menegaskan kembali seruannya kepada OPEC untuk memompa kembali produksi.

oleh Arthur Gideon diperbarui 26 Sep 2018, 05:45 WIB
Diterbitkan 26 Sep 2018, 05:45 WIB
Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak melonjak pada perdagangan Selasa karena kekhawatiran pasokan global menyusul sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Iran. Namun kenaikan tersebut tertahan setelah Presiden AS Donald Trump meminta Organisasi eksportir Minyak (OPEC) untuk meningkatkan produksi.

Mengutip Reuters, Rabu (26/9/2018), harga minyak mentah Brent berjangka ditutup naik 67 sen menjadi USD 81,87 per barel. Minyak mentah berjangka AS naik 20 sen menjadi USD 72,28 per barel, mendekati level tertinggi sejak pertengahan Juli.

Harga minyak Brent yang merupakan patokan global berada di jalur kenaikan kuartalan kelima berturut-turut. Ini merupakan bentangan terpanjang sejak awal 2007, ketika harga minyak Brent naik enam kuartal berturut-turut sehingga menyentuh rekor tertinggi di harga USD 147,50 per barel.

Dalam Pidatonya di hadapan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Trump menegaskan kembali seruannya kepada OPEC untuk memompa kembali produksi untuk menghentikan kenaikan harga.

Sebelumnya, harga minyak melonjak karena kekhawatiran tentang pasokan global karena saksi AS terhadap Iran yang akan berlaku pada 4 November nanti.

Harga minyak Brent mencapai USD 82,55 per barel, tertinggi sejak 10 November 2014.

"Sulit untuk percaya Arab Saudi akan menanggapi ajakan Trump tersebut, karena mereka memang ingin harga tinggi ," jelas analis Again Capital, New York, John Kilduff.

OPEC memang akan melakukan pertemuan dalam waktu dekat ini. Pertemuan ini akan membahas mengenai peningkatan produksi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Harga Minyak Menguat ke Posisi Tertinggi dalam Empat Tahun

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Pada perdagangan sebelumnya, harga minyak naik ke posisi tertinggi dalam empat tahun. 

Kenaikan harga minyak itu didorong usai Arab Saudi dan Rusia mengesampingkan setiap peningkatan langsung dalam produksi meski Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meminta untuk menaikkan pasokan global.

The Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) atau Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan negara non-OPEC termasuk Rusia berkumpul di Aljazair pada Minggu. Dari hasil pertemuan tidak ada rekomendasi resmi untuk meningkatkan pasokan tambahan yang imbangi penurunan pasokan dari Iran. 

"Pasar masih didorong kekhawatiran pasokan Iran dan Venezuela. Kegagalan produsen mengatasi hal itu menciptakan peluang membeli," ujar Direktur Stamford, Gene McGillian, seperti dikutip dari laman Reuters, Selasa (25/9/2018).

Harga minyak Brent naik USD 2,4 atau 3,1 persen ke posisi USD 81,20 per barel usai sentuh level tertinggi intraday di posisi USD 81,39, yang merupakan level tertinggi sejak November 2014. Kemudian harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat USD 1,3  atau 1,8 persen ke posisi USD 72,08.

Pemimpin OPEC Arab Saudi dan produsen minyak terbesar lainnya di luar OPEC secara efektif menolak permintaan Trump untuk menenangkan pasar.

"Saya tidak pengaruhi harga," ujar Menteri Energi Arab Saudi, Khalid al-Falih.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya