Jelang Pertemuan Komite OPEC, Harga Minyak Menguat

Harga minyak menguat usai sempat melemah. Harga tersebut naik jelang pertemuan produsen minyak utama di Aljazair pada akhir pekan.

oleh Agustina Melani diperbarui 22 Sep 2018, 05:30 WIB
Diterbitkan 22 Sep 2018, 05:30 WIB
20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Liputan6.com, New York - Harga minyak menguat usai sempat melemah. Harga tersebut naik jelang pertemuan produsen minyak utama di Aljazair pada akhir pekan.

Sebuah laporan menunjukkan produsen utama dapat meningkatkan produksi lebih banyak untuk menutupi kekurangan yang diharapkan dalam produksi dari Iran secara singkat menekan harga lebih rendah.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November menguat 46 sen atau 0,7 persen ke posisi USD 70,78 per barel di New York Mercantile Exchange. Harga minyak ditutup ke posisi USD 71,80. Harga minyak tersebut menguat lebih dari 2,6 persen selama sepekan.

Sementara itu, harga minyak Brent untuk pengiriman November bertambah 10 sen atau 0,1 persen ke posisi USD 78,80. Harga minyak menguat 0,9 persen pada pekan ini.

Sebuah komite yang terdiri dari perwakilan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan beberapa sekutunya berencana mengadakan pertemuan pada 23 September di Aljazair.

Pada Juni, para produsen sepakat meningkatkan produksi sebesar satu juta barel per hari. Hal ini dalam upaya untuk mendapatkan produksi dari yang disepakati sebelumnya.

Namun, Reuters melaporkan berdasarkan sumber, negara-negara OPEC dan non-OPEC sedang bahas kemungkinan peningkatan produksi tambahan sebesar 500 ribu barel per hari untuk mengimbangi penurunan pasokan dari Iran karena sanksi AS.

"Pembicaraan tentang peningkatkan produksi tambahan adalah kompromi atau setidaknya upaya untuk menenangkan Presiden AS Donald Trump. Namun, hal itu masih tidak akan cukup untuk imbangi kerugian pasokan," ujar Phil Flynn, Analis Price Futures, seperti dikutip dari laman Marketwatch, Sabtu (22/9/2018).

Kesepakatan kembali pada Juni untuk mengangkat produksi, sebagian sebagai tanggapan terhadap tekanan AS. Harga minyak telah meningkat didorong sebagian oleh keputusan Trump untuk menarik diri dari perjanjian nuklir Iran.

Selain itu, memperbarui sanksi-sanksi terhadap Teheran yang bertujuan batasi ekspor produsen utama. Ekspor Iran turun sekitar 500 ribu barel per hari antara April dan Agustus.

Pada Kamis, harga minyak berjangka alami volatilitas usai Trump mengunggah statusnya menyerukan OPEC untuk mempertahankan harga minyak lebih rendah. Status di akun media sosial Trump itu, ikuti laporan pada pekan ini yang menyebutkan Arab Saudi akan merasa nyaman dengan harga minyak di atas USD 80 per barel dalam waktu dekat.

 

Arab Saudi Dongkrak Produksi

20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Arab Saudi, pemimpin OPEC dan Rusia produsen utama meningkatkan produksi minyak pada musim panas ini untuk imbangi sejumlah pasokan minyak yang hilang dari Iran. Namun, kapasitas produksi tambahan mungkin terbatas.

"Ini seharusnya menjadi komite pemantauan sederhana yang bertugas memastikan negara-negara anggota tetap berpegang pada perjanjian 2016 yang memangkas produksi. Sebaliknya, kemungkinan akan berubah menjadi pertemuan yang ada pada dasarnya memisahkan produksi geser Iran," kata Robert Yawger, Direktur Mizuho AS.

Sementara itu, Baker Hughes melaporkan, jumlah rig pengeboran minyak turun satu menjadi 866 selama sepekan. Pada pekan lalu, jumlah rig AS yang aktif termasuk rig minyak dan gas alam turun menjadi 1.053.

Di sisi lain, pasokan minyak mentah telah menurun selama lima minggu berturut-turut. Hal itu berdasarkan data the Energy Information Administration (EIA). Stok bensin domestik pada pekan lalu meski distilasi termasuk minyak menguat lebih tinggi.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya