Rupiah Merosot, Kementan Genjot Ekspor Pangan

Pemerintah memberikan insentif seiring nilai tukar rupiah melemah antara lain kemudahan dalam pengurusan izin ekspor.

oleh Ilyas Istianur Praditya diperbarui 03 Okt 2018, 20:45 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2018, 20:45 WIB
Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Sudah Masuk Level Undervalued
Teller menukarkan mata uang dolar ke rupiah di Jakarta, Jumat (2/2). Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan, posisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang berada di level Rp13.700 hingga Rp13.800.(Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Dolar Amerika Serikat (AS) terus menunjukkan keperkasaannya. Rupiah tercatat bergerak pada kisaran 15.050 hingga 15.090 per dolar AS pada Rabu pekan ini.

Pemerintah memanfaatkan kondisi ini dengan memberi insentif kepada pengusaha, untuk mendorong ekspor khususnya produk pangan. Insentif itu antara lain kemudahan dalam pengurusan izin ekspor.

Menteri Pertanian, Amran Sulaiman memerintahkan Karatina Padang dan pemangku kepentingan memangkas pengurusan izin ekspor yang panjang menjadi seminggu.

"Ini perintah Bapak Presiden Joko Widodo, jangan persulit petani yang ingin berkembang. Kalau lebih seminggu hubungi saya, biar saya yang telusuri," ujar Amran dalam keterangan tertulis, Rabu (3/10/2018).

Amran menjelaskan,  selama ini penyederhanaan sudah dilakukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Ia menjelaskan ekonomi tumbuh karena dua hal, yaitu ekspor dan ekspansi.  

"Di pertanian tumbuh ekspor menjadi 24 persen atau setara 441 triliun. Kami target tahun ini akan meningkat lagi," tambah dia.

Dengan keberhasilan ekspor itu, Amran mengimbau semua kalangan melakukan gerakan masif memajukan pertanian. 

"Jika pertanian maju, ekonomi nasional akan semakin baik . Sektor pertanian salah satu penyumbang terbesar pertumbuhan ekonomi", kata dia.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Selanjutnya

Harga Gabah Kering Turun
Petani merontokan gabah padi di areal persawahan Desa Ciwaru, Sukabumi, Sabtu (23/6). Petani mengeluhkan harga gabah kering panen saat ini Rp 488 ribu per kwintal dibanding tahun lalu yang menembus Rp 600 ribu per kwintal. (Merdeka.com/Arie Basuki)

Apa yang dilakukan Kementan ini dirasakan Muhammad Bayu Vesky, selaku Direktur Kerjasama Antar Lembaga PT Bumi Alam Sumatera, perwakilan dari 10 pengusaha yang mengekspor 10 ribu ton manggis Sumatera Barat ke Cina. Menurut dia, Kementerian Pertanian (Kementan) sangat serius mendorong ekspor. Ia mengaku membuktikan sendiri, dari pembinaan petani hingga pengurusan izin yang begitu cepat. 

"Bayangkan dalam 38 hari, kami sudah dua kali ekspor manggis ke China via ke Bandara Minangkabau. Hari ini kami kirim lagi dua truk," ungkap Bayu.

Selain cepat, Bayu juga mengaku tidak mengeluarkan biaya satu rupiah pun untuk mengurus berbagai proses itu. Untuk lebih meningkatkan daya saing, Bayu berharap penanganan manggis ekspor ke depan mulai dari kebun, packing house hingga proses distribusi bisa dipercepat. 

"Bukan karena selama tidak dipercepat,  hanya saja muncul kekhawatiran manggis dalam negeri tidak bisa berkompetisi di negara tujuan ekspor karena layu," tutur dia. (Yas) 


Ada Kekhawatiran

[Bintang] Ilustrasi Buah Manggis
Jangan sampai nggak tahu khasiat buah manggis yang bisa kabulkan mimpi para cewek ini, ya! (Sumber Foto: iStock/momjunction.com)

Apa yang dilakukan Kementan ini dirasakan Muhammad Bayu Vesky, selaku Direktur Kerjasama Antar Lembaga PT Bumi Alam Sumatera, perwakilan dari 10 pengusaha yang mengekspor 10 ribu ton manggis Sumatera Barat ke Cina.

Menurut dia, Kementerian Pertanian (Kementan) sangat serius mendorong ekspor. Ia mengaku membuktikan sendiri, dari pembinaan petani hingga pengurusan izin yang begitu cepat. 

"Bayangkan dalam 38 hari, kami sudah dua kali ekspor manggis ke China via ke Bandara Minangkabau. Hari ini kami kirim lagi dua truk," ungkap Bayu.

Selain cepat, Bayu juga mengaku tidak mengeluarkan biaya satu rupiah pun untuk mengurus berbagai proses itu. Untuk lebih meningkatkan daya saing, Bayu berharap penanganan manggis ekspor ke depan mulai dari kebun, packing house hingga proses distribusi bisa dipercepat. 

"Bukan karena selama tidak dipercepat,  hanya saja muncul kekhawatiran manggis dalam negeri tidak bisa berkompetisi di negara tujuan ekspor karena layu," tutur dia. (Yas) 

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya