Liputan6.com, Jakarta - Manajemen PT Indonesia Asaham Alumunium (Inalum) optimistis, penyelesaian pembelian 41,64 persen saham PT Freeport Indonesia selesai Desember 2018.
Pelunasan pembelian saham PT Freeport Indonesia tersebut untuk menggenapi kepemilikan saham menjadi 51 persen. Direktur Utama Inalum, Budi Gunadi Sadikin, mengatakan transaksi pelunasan pembelian 41,64 persen saham Freeport Indonesia akan dilakukan dengan dua pihak, yaitu Freeport McMoran dan Rio Tinto sebagai pemilik 40 persen hak partisipasi pengelolaan tambang Grasberg di Papua.
Pelunasan pembayaran keduanya, ditargetkan bisa selesai pada Desember 2018. "Rencananya InsyaAllah akan kita selesaikan bulan Desember antara dengan Rio Tinto dan Freeport," kata Budi, di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (17/10/2018).
Advertisement
Baca Juga
Budi mengungkapkan, dana yang dibutuhkan untuk membeli 41,64 persen saham Freeport Indonesia sebesar USD 3,85 miliar. Saat ini Inalum finalisasi pinjaman untuk membeli saham tersebut.
"Nilai pengambil alihannya ditentukan di HOA (perjanjian) sebesar USD 3,85 miliar," tutur dia.
Budi menargetkan, Inalum sudah mengantongi uang pinjaman pada November 2018, sehingga pembelian 41,64 persen saham Freeport Indonesia dapat dilunasi pada Desember 2018. Dengan begitu saham Freeport Indonesia yang dimili pihak nasional genap menjadi 51 persen.
"Inalum akan finalisasi pendanaannya November sudah selesai, sehingga bisa melakukan penyelesaian divestasi di bulan Desember," ujar dia.
8 Bank Asing Siap Danai Inalum Beli Freeport
Sebelumnya, Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium Persero (Inalum), Budi Gunadi Sadikin, menyatakan bahwa saat ini hanya ada 8 bank yang bersedia membiayai divestasi saham PT Freeport Indonesia. Sebelumnya ada 11 bank yang menyatakan kesediaannya untuk membantu Inalum mengambilalih saham Freeport.
Budi menjelaskan, ada tiga bank pelat merah alias Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengundurkan diri menjadi pemberi pinjaman kepada Inalum. Sayangnya, Budi enggan menyebutkan nama bank tersebut.
"Enggak 11 bank tapi 8 bank karena 3 bank dalam negeri enggak ini (tidak ikut). Diminta bank luar negeri semua supaya enggak tekan kurs," kata dia, di Hotel Inaya, Bali, Kamis, 11 Oktober 2018.
"Tanyakan bank pemerintah yang besar-besar. Cuma itu enggak jadi karena memang supaya enggak ada dolar AS keluar. Jadi diharapkan dari bank luar negeri," imbuhnya.
Dengan mundurnya 3 bank tersebut, Inalum hanya akan mendapatkan pinjaman dari 8 bank saja. Terkait ke-8 bank ini, Budi pun enggan memberi rincian.
Budi menargetkan financial closing akan selesai pada tahun. Tentunya setelah perseroan memenuhi beberapa persyaratan yang telah ditentukan. Salah satunya terkait perizinan.
"Kami kejar tahun ini. Uangnya keluar November tapi memang ada beberapa syarat yang harus diselesaikan. Izin di dia dan di kita. Kita kan mesti izin ESDM. Sedangkan mereka perusahaan terbuka. banyak izin-izin yang mesti diselesaikan tapi lebih ke administratif," kata dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement