Liputan6.com, Jakarta - PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) berharap PT Freeport Indonesia menyelesaikan masalah lingkungan, sebelum pembelian 41,64 persen saham dilunasi.
Direktur Utama PT Inalum, Budi Gunadi Sadikin, mengatakan Freeport Indonesia perlu menyelesaikan isu lingkungan yang menjadi temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Ini sebab isu tersebut akan mempengaruhi pengucuran dana pinjaman untuk membeli 41,64 persen saham Freeport Indonesia.
"Itu harapkan isu lingkungan diselesaikan dengan baik, supaya perbankan bisa memberikan pinjaman ke kita," kata Budi, saat rapat dengan Komisi VII DPR, di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (17/10/2018).
Advertisement
Baca Juga
Budi menuturkan, jika penyedia pinjaman telah mengucuran uangnya, pembayaran atas pembelian saham Freeport Indonesia senilai USD 3,85 bisa dilakukan sesuai jadwal.
"Penyelesaian pembayaran bisa dilakukan dengan baik," tutur dia.
Budi melanjutkan, selain akan mempengaruhi pinjaman, penyelesaian masalah lingkungan juga menjadi syarat penerbitan status Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), setelah masa status Kontrak Karya (KK) Freeport Indonesia habis pada 2021.
"Lagipula IUPK juga butuh itu, KLHK harus selesaikan itu lampiran IUPK, bank bank ini rasa nyaman kalau IUPK dan lampiran isu lingkungan selesai," kata dia.
8 Bank Asing Siap Danai Inalum Beli Saham Freeport
Sebelumnya, Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium Persero (Inalum), Budi Gunadi Sadikin, menyatakan bahwa saat ini hanya ada 8 bank yang bersedia membiayai divestasi saham PT Freeport Indonesia. Sebelumnya ada 11 bank yang menyatakan kesediaannya untuk membantu Inalum mengambilalih saham Freeport.
Budi menjelaskan, ada tiga bank pelat merah alias Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang mengundurkan diri menjadi pemberi pinjaman kepada Inalum. Sayangnya, Budi enggan menyebutkan nama bank tersebut.
"Enggak 11 bank tapi 8 bank karena 3 bank dalam negeri enggak ini (tidak ikut). Diminta bank luar negeri semua supaya enggak tekan kurs," kata dia, di Hotel Inaya, Bali, Kamis,11 Oktober 2018.
"Tanyakan bank pemerintah yang besar-besar. Cuma itu enggak jadi karena memang supaya enggak ada dolar AS keluar. Jadi diharapkan dari bank luar negeri," imbuhnya.
Dengan mundurnya 3 bank tersebut, Inalum hanya akan mendapatkan pinjaman dari 8 bank saja. Terkait ke-8 bank ini, Budi pun enggan memberi rincian.
Budi menargetkan financial closing akan selesai pada tahun. Tentunya setelah perseroan memenuhi beberapa persyaratan yang telah ditentukan. Salah satunya terkait perizinan.
"Kami kejar tahun ini. Uangnya keluar November tapi memang ada beberapa syarat yang harus diselesaikan. Izin di dia dan di kita. Kita kan mesti izin ESDM. Sedangkan mereka perusahaan terbuka. banyak izin-izin yang mesti diselesaikan tapi lebih ke administratif," ujar dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement