Liputan6.com, Jakarta - Pasokan listrik dari energi panas bumi Indonesia bertambah 140 Mega Watt (MW) selama kuartal III 2018. Listrik tersebut berasal dari dua pembangit Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang beroperasi dalam periode tersebut.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan Konservasi Energi (EBTKE), Rida Mulyana, mengatakan dua PLTP yang beroperasi adalah Karaha Unit I berkapasitas 30 Mega Watt (MW) dan Sarulla unit 3 berkapasitas 110 MW.
"140 MW tambahan kapasitas terpasang PLTP Karaha unit satu dan PLTP Sarulla," kata Rida, di Kantor Ditjen EBTKE, Jakarta, Jumat (26/10/2018).
Advertisement
Baca Juga
Rida mengungkapkan, sampai kuartal III 2018, total kapasitas listrik yang berasal dari energi panas bumi mencapai 1.948,5 MW. Sedangkan targetnya mencapai 2 ribu MW hingga akhir 2018. "Kapasitas terpasang tahun ini 1.948,5 target 2.058,5 MW," ujar dia.
Rida pun optimistis, target pasokan listrik dari energi panas bumi dapat tercapai, dengan beroperasinya beberapa PLTP pada akhir 2018, dengan total kapasitas 100 MW.
"Akhir tahun mudah-mudahan kalau tidak ada aral melintang, seperti diketahui saat ini sudah musim hujan, PLTP itu di pegunungan," tutur dia.
Bangun 2 PLTP, PLN Raih Pinjaman Rp 2,6 Triliun dari Jerman
Sebelumnya, PT PLN (Persero) mendapat pinjaman dari Jerman untuk menggenjot pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT), melalui pembangunan Pembangkit Listrik Panas Bumi( PLTP ) Ulumbu Unit 5 dan PLTP Mataloko Unit 2 - 3.
Direktur Perencanaan Korporat PLN Syovie F Roekmana mengatakan, bantuan pendanaan yang ditandatangani pada Kamis 11 Oktober 2018, akan sangat berguna bagi penyelesaian pembangunan PLTP berbasis geothermal di Flores.
"Pendanaan ini cukup penting dalam upaya mengejar target bauran energi baru terbarukan. Dengan bunga yang rendah di bawah 1 persen dan tentu saja hal ini memberikan dampak positif bagi keuangan PLN," kata Syovie, di Jakarta.
Kepastian pinjaman ditandai dengan penandatanganan pendanaan geothermal, untuk PLTP Ulumbu Unit 5 dan PLTP Mataloko Unit 2 - 3. Dengan total kapasitas sebesar 40 MW, ditargetkan kedua pembangkit ini masuk sistem pada tahun 2021-2023.
Pendanaan ini bersumber dari KfW (Kreditanstalt für Wiederaufbau) Development Bank dengan bentuk pinjaman langsung tanpa jaminan pemerintah untuk pendanaan Gheothermal Energy Programme dengan pendanaan sebesar € 150 juta atau setara Rp 2,64 triliun.
KfW menyebutkan bahwa pendanaan ini adalah lanjutan dari komitmen antara Pemerintah Jerman dengan Indonesia untuk pengembangan energi panas bumi.
Adapun latar belakang proyek PLTP Ulumbu dan PLTP Mataloko yakni, untuk memenuhi beban puncak pada sistem Flores terutama sub sistem Ruteng dan sub sistem Bajawa.
"Dan diharapkan dengan dibangunnya kedua pembangkit listrik ini bisa menurunkan biaya pokok produksi atas penggunaan bahan bakar fosil. Dengan target akhir yakni untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada pelanggan sistem Flores," ujar dia.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Advertisement