Bank Asing Keroyokan Danai Proyek PLTP Rantau Dedap di Sumsel

Beberapa bank asing memberikan pinjaman senilai US$ 540 juta untuk pembangunan PLTP Rantau Dedap di Sumsel

oleh Septian Deny diperbarui 25 Mar 2018, 13:01 WIB
Diterbitkan 25 Mar 2018, 13:01 WIB
20160330- Progres Pembangun PLTP Unit 5 & 6 di Tompaso-Sulut-Faizal fanani
Tiang pemancang terpasang di pembangunan PLTP Unit 5 & 6 di Tompaso, Sulut, Rabu (30/3). PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) terus mengembangkan energi yang berfokus pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Supreme Energy Rantau Dedap (SERD) telah merampungkan perjanjian untuk pembiayaan proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi atau PLTP Rantau Dedap Tahap I senilai US$ 540 juta. Dengan demikian, diharapkan proyek tersebut bisa selesai pada 2020.

‎Penandatangan perjanjian pembiayaan untuk proyek tersebut dilakukan oleh SERD dengan Japan Bank for International Cooperation (JBIC),  Asian Development Bank (ADB) dan kelompok bank komersial internasional dengan perusahaan Nippon Export and Investment Insurance sebagai penjamin. Adapun kelompok bank komersial internasional, terdiri dari Mizuho Bank Ltd., Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ, dan Sumitomo Mitsui Banking Corporation.

SERD merupakan perusahaan patungan yang meliputi PT Supreme Energy, ENGIE dari Perancis, Marubeni Corp dan Tohoku Electric Power Co., Inc. dari Jepang.

Presiden & CEO Supreme Energy, Supramu Santosa mengatakan pinjaman tersebut untuk membiayai pengembangan proyek PLTP Rantau Dedap I berkapasitas 98,4 MW. Proyek ini berlokasi di Daerah Muara Enim, wilayah Lahat, dan Kota Pagar Alam, Sumatra Selatan (Sumsel).

Untuk mengembangkan proyek ini, SERD juga telah menunjuk Kontraktor EPC, konsorsium PT Rekayasa Industri dan Fuji Electric Co., Ltd. Proyek ini diharapkan akan selesai pada 2020.

"Proyek ini rencananya akan rampung pada 2020, dengan kapasitas produksi listrik bebas karbon sebesar 98,4 MW, dan akan mengurangi emisi CO2 sebayak 486 ribu ton per tahun," ujar dia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (25/3/2018).

Dia menjelaskan, proyek ini merupakan PLTP kedua yang dibangun oleh Supreme Energy. Sebelumnya, perusahaan energi nasional ini juga tengah membangun proyek serupa di Muara Laboh, Solok Selatan, Sumatera Barat, yang pembiayaannya didapat pada 2017.

"Ini merupakan bagian penting dari rencana pemerintah Indonesia untuk meningkatkan porsi energi baru terbarukan (EBT) dalam bauran energi nasional untuk mencapai ketahanan energi yang berkelanjutan," kata Supramu. 

 

Rekrut 1.200 Pekerja

Wilayah Sumatera Utara mendapat tambahan pasokan listrik sebesar 110 Mega Watt (MW) dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sarulla Unit I. (Pebrianto/Liputan6.com)
Wilayah Sumatera Utara mendapat tambahan pasokan listrik sebesar 110 Mega Watt (MW) dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Sarulla Unit I. (Pebrianto/Liputan6.com)

Proyek Rantau Dedap akan membantu membuka daerah yang agak terpencil di Sumatra Selatan, menyediakan kesempatan kerja bagi sekitar 1.200 orang, serta memberikan peluang bagi bisnis lokal selama masa konstruksi. Listrik bebas emisi CO2 yang dihasilkan oleh pembangkit ini akan dapat menyediakan listrik untuk sekitar 130 ribu rumah tangga.

Selain di Rantau Dedap dan Muara Laboh, Supreme Energy melalui PT Supreme Energy Rajabasa (SERB) juga tengah menyiapkan program eksplorasi untuk Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Gunung Rajabasa di Lampung Selatan. Di Muara Laboh dan Rajabasa, Supreme Energy menggandeng ENGIE dan Sumitomo Corp of Japan.

Sebagai informasi, energi panas bumi merupakan sumber energi yang ramah lingkungan, selalu tersedia dan terbarukan, dan bisa dimanfaatkan secara ekonomis dan efisien. Sumber energi ini merupakan pemanfaatan daya panas dari perut bumi, dan bisa digunakan untuk pembangkit panas dan energi.

Indonesia merupakan rumah bagi sekitar 40 persen cadangan panasbumi dunia, dengan kapasitas sekitar 28 ribu MW. Potensi ini bisa menjadi sumber daya yang penting bagi Indonesia untuk mencapai target pengurangan emisi karbon sebesar 29 persen pada 2030.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya