Liputan6.com, Jakarta China berencana mengucurkan sejumlah dana yang nilainya belum ditentukan kepada Pakistan. Demikian pula Uni Emirat Arab sedang mempertimbangkan paket bantuan fiskal sebesar USD 6 miliar kepada negara yang di ambang krisis ini.
Rencana pemberian dana kedua negara tersebut, mengutip laman Voa China, Minggu (28/10/2018), usai Perdana Menteri Imran Khan memperoleh dukungan keuangan lebih dari USD 6 miliar, langsung dari sekutu dekatnya Arab Saudi, selama kunjungan resmi ke Riyadh.
Advertisement
Baca Juga
Pakistan sangat membutuhkan dana bantuan sebagai penopang dana cadangan yang saat ini tercatat kurang dari USD 8 miliar. Dana cadangan yang ada saat ini tidak cukup untuk membayar cicilan utang dan tagihan impor negara tersebut.Â
Khan yang baru memimpin dua bulan lalu, mewarisi Pakistan dengan kondisi ekonomi yang penuh utang. Negara tersebut setidaknya membutuhkan sekitar USD 12 miliar untuk memenuhi kewajiban domestik dan eksternal.
Presiden Xi Jinping dan berencana datang ke Pakistan pada 2-5 November. Ini merupakan kunjungan resmi pertamanya ke negara itu.
Para diplomat Cina di Islamabad telah mengumumkan jika negara ini akan memberikan "kabar baik" terkait bantuan keuangan kepada Pakistan, seiring kedatangan Xi Jinping.
"Selama kunjungan perdana menteri, kami akan memberikan, hibah kepada pemerintah Pakistan. Akan ada berita baik," ujar Wakil Duta Besar China Lijian Zhao.
Terkait pembayaran yang harus diberikan kepada Pakistan seiring pemberian dana ini, dia menolak menjelaskan detail. Demikian pula tentang spekulasi besarana dana bantuan.
Sementara Arab Saudi, Riyadh dipastikan akan mengucurkan USD 3 miliar dalam beberapa hari mendatang kepada Bank Sentral Negara Pakistan bertahap selama setahun. Ini sebagai bentuk dukungan kepada neraca pembayaran negara tersebut.
Selain itu, Arab Saudi ingin mengekspor minyak dari Islamabad senilai lebih dari USD 3 miliar dengan basis pembayaran ditangguhkan selama tiga tahun ke depan. Pemerintah Khan diketahui telah menerbitkan laporan tentang paket bantuan Arab Saudi. ini
Menteri Federal Haroon Sharif yang juga Ketua Dewan Investasi, mengatakan bahwa pemerintah Pakistan telah secara resmi mengajukan permintaan kepada Arab Saudi. Sebab negara Teluk, selama ini adalah salah satu pemasok minyak terbesar ke Pakistan.
Â
Ajukan Utang ke IMF pada Pertemuan di Bali
Ajang Pertemuan Tahunan IMF-Bank Dunia 2018 di Bali sukses berlangsung. Pertemuan ini mendatangkan investasi dari negara sahabat serta memperkuat citra Bali di mata dunia.
Pertemuan ini ternyata dimanfaatkan beberapa negara untuk meminjam uang pada IMF. Salah satunya Pakistan.
Baca Juga
Dilansir dari Reuters, Senin (15/10/2018), delegasi Pakistan bertemu perwakilan IMF di Bali dan secara formal meminta pinjaman utang. Ini adalah permintaan yang ketiga belas dari Pakistan sejak akhir 1980-an.
Kabar peminjaman tersebut terkuak tidak lama setelah Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde sempat menyebut belum ada permintaan dari Pakistan, pada Kamis, 11 Oktober 2018.
Peminjaman ini terbilang ironis, sebab Perdana Menteri Pakistan Imran Khan pernah bersumpah tidak akan meminjam pada IMF.
Lagarde menyatakan, peminjaman dari IMF akan membutuhkan transparansi absolut perihal utang yang sedang Pakistan miliki. Di antaranya utang Pakistan pada Tiongkok yang berjumlah miliaran dolar.
Pinjaman dari IMF juga tentunya mewajibkan sejumlah perubahan kebijakan yang perlu diikuti pemerintahan Imran Khan. Sebelumnya, IMF menyarankan Pakistan untuk mengurangi subsidi gas dan listrik, menaikkan suku bunga, dan melakukan devaluasi mata uang.
Belum jelas berapa uang yang dibutuhkan Pakistan. PM Khan sebelumnya menaksir Pakistan butuh antara USD 10 - 12 miliar atau sekitar Rp 152 triliun - Rp 182 triliun (USD 1 = Rp 15.243).
Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia diperkirakan turut memberi pinjaman, begitu pun Tiongkok dan Arab Saudi.
Advertisement