India Vs Pakistan dan Kashmir yang Memanas, Apa yang Terjadi?

India dan Pakistan bukan tetangga yang akur. Kashmir hanyalah salah satu titik didih.

oleh Khairisa Ferida Diperbarui 25 Apr 2025, 18:29 WIB
Diterbitkan 25 Apr 2025, 18:29 WIB
Tentara paramiliter India berpatroli di pasar yang ramai di Srinagar, Kashmir yang dikuasai India, Kamis, (24/4/2025).
Tentara paramiliter India berpatroli di pasar yang ramai di Srinagar, Kashmir yang dikuasai India, Kamis, (24/4/2025). (Dok. AP/Dar Yasin)... Selengkapnya

Liputan6.com, Islamabad - Hubungan India dan Pakistan—dua negara tetangga yang sama-sama memiliki senjata nuklir—kembali memanas setelah tragedi penembakan menewaskan 26 turis di Kashmir wilayah India.

Serangan ini menjadi yang paling mematikan terhadap warga sipil di wilayah Himalaya yang disengketakan itu dalam seperempat abad terakhir.

India menuduh Pakistan berada di balik serangan yang terjadi pada Selasa (22/4/2025), namun Islamabad menolak klaim itu sebagai "tidak berdasar".

Kedua negara tetangga di Asia Selatan ini telah melakukan serangkaian tindakan diplomatik balas-dendam. Analis khawatir eskalasi lebih lanjut bisa berujung pada aksi militer.

Pasukan India dan Pakistan dilaporkan terlibat baku tembak di sepanjang Garis Kontrol (Line of Control/LOC) yang memisahkan kedua negara. Ketegangan ini terjadi di tengah seruan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) agar kedua belah pihak menunjukkan "penahanan maksimum".

Menurut sumber militer India yang dikutip Al Jazeera pada Jumat (25/4), insiden tembak-menembak tersebut dipicu oleh tembakan dari pihak Pakistan. Sementara itu, seorang pejabat di wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan juga membenarkan terjadinya baku tembak kepada kantor berita AFP, meskipun tidak menyebutkan pihak mana yang memulai.

"Tidak ada tembakan yang mengenai warga sipil," ujar Syed Ashfaq Gilani, pejabat dari pihak Pakistan, kepada AFP.

Hingga kini belum diketahui secara pasti lokasi tepat terjadinya insiden di sepanjang LOC tersebut. Namun, jurnalis Al Jazeera Umar Mehraj yang melaporkan dari wilayah Kashmir yang dikuasai India menyebutkan bahwa dua orang terluka dalam sebuah insiden terpisah di daerah Bandipora.

Apa yang terjadi?

Para wisatawan yang berusaha menghindari panas terik di dataran rendah India sedang menikmati padang rumput yang tenang di Lembah Baisaran pada Selasa. Tempat populer ini terletak di bawah pegunungan bersalju dekat kota Pahalgam.

Tiba-tiba, para bersenjata muncul dari hutan pinus di sekitarnya dan menembaki kerumunan dengan senjata otomatis. Demikian seperti dilansir CNA. 

Para korban selamat mengatakan kepada wartawan bahwa para penyerang memisahkan pria dari wanita dan anak-anak, lalu mengeksekusi beberapa orang dari jarak dekat.

Mereka juga melaporkan bahwa para bersenjata memerintahkan beberapa pria untuk mengucapkan syahadat (pernyataan iman muslim). Mereka yang tidak bisa melakukannya ditembak.

Dari 26 korban tewas, semuanya warga India kecuali satu orang dari Nepal.

Sebagian besar adalah umat Hindu. Salah satu korban adalah seorang muslim Kashmir yang bekerja sebagai pemandu wisata berkuda.

Kashmir yang mayoritas penduduknya muslim telah terbagi antara India dan Pakistan sejak kemerdekaan mereka dari penjajahan Inggris pada tahun 1947. Kedua negara mengklaim wilayah ini sepenuhnya.

Sejak 1989, pemberontak di wilayah yang dikelola India telah melakukan perlawanan bersenjata, menuntut kemerdekaan atau bergabung dengan Pakistan.

Puluhan ribu orang telah tewas dalam konflik ini.

Pada 2019, pemerintah India mencabut otonomi terbatas wilayah tersebut. Saat ini, India diperkirakan memiliki sekitar 500.000 tentara yang ditempatkan secara permanen di Kashmir.

Siapa Pelaku Serangan?

Tentara India berjaga di tepi Danau Dal di Srinagar, Kashmir yang dikuasai India, Kamis (24/4/2025).
Tentara India berjaga di tepi Danau Dal di Srinagar, Kashmir yang dikuasai India, Kamis (24/4/2025). (Dok. AP/Mukhtar Khan)... Selengkapnya

Polisi India telah mengidentifikasi dua warga Pakistan di antara tiga orang yang diduga sebagai penyerang bersenjata yang masih buron. Satu lainnya adalah warga India.

Menurut polisi, mereka adalah anggota Lashkar-e-Taiba (LeT), kelompok berbasis di Pakistan yang ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh PBB.

Namun, berdasarkan pernyataan tidak terverifikasi yang dikutip beberapa media India, kelompok bernama The Resistance Front (TRF) mengklaim bertanggung jawab atas serangan ini.

India menetapkan TRF sebagai organisasi teroris, sementara Observer Research Foundation yang berbasis di India menyebutnya sebagai "kedok dan cabang dari LeT".

New Delhi sering menuduh Islamabad mendukung para penyerang bersenjata di Kashmir. Islamabad membantah tuduhan tersebut dan menyatakan hanya mendukung perjuangan Kashmir untuk menentukan nasib sendiri.

Setelah serangan ini, India kembali menuduh Islamabad mendukung "terorisme lintas batas". Pakistan tetap menyangkal terlibat.

Reaksi India

Perdana Menteri Narendra Modi bersumpah akan "menghukum setiap teroris dan pendukung mereka". India juga memberlakukan sejumlah tindakan diplomatik yang bersifat hukuman, termasuk:

  • Menangguhkan perjanjian berbagi air, merujuk pada Perjanjian Air Sungai Indus (Indus Waters Treaty) yang ditandatangani antara India dan Pakistan pada tahun 1960 dengan mediasi dari Bank Dunia
  • Menutup penyeberangan perbatasan utama Wagah Border, yang menghubungkan Kota Amritsar dan Lahore
  • Menurunkan tingkat hubungan diplomatik dengan mengusif diplomat Pakistan dan menarik pejabat dari kedutaannya di Islamabad
  • Memerintahkan semua warga Pakistan untuk meninggalkan wilayahnya sebelum 29 April, kecuali diplomat yang masih bertugas.

Respons Pakistan

Pakistan membalas dengan tindakan yang setimpal, termasuk:

  • Mengusir sejumlah diplomat India
  • Mencabut visa warga India kecuali peziarah Sikh
  • Menutup ruang udaranya bagi maskapai India

Islamabad juga memperingatkan bahwa upaya India untuk menghentikan pasokan air dari hulu Sungai Indus akan dianggap sebagai "tindakan perang".

Dampak terhadap Kashmir

Serangan terhadap turis ini menandai pergeseran dramatis dari serangan-serangan kecil yang sebelumnya lebih sering menargetkan pasukan keamanan India.

Pariwisata adalah sektor vital bagi perekonomian Kashmir dan analis mengatakan penargetan wisatawan yang belum pernah terjadi sebelumnya akan menjadi pukulan berat bagi industri ini.

Pemilik hotel melaporkan banyak pembatalan di awal musim panas yang biasanya ramai.

Pasukan keamanan India juga melancarkan operasi besar-besaran untuk memburu para pelaku, dengan banyak orang ditahan.

Kelompok hak asasi menyatakan bahwa operasi serupa di masa lalu sering diwarnai penangkapan massal dan pengekangan kebebasan sipil.

Beberapa pihak khawatir langkah diplomatik New Delhi mungkin hanya awal dari serangkaian tindakan—dengan potensi risiko eskalasi ke aksi militer.

Serangan terparah dalam beberapa tahun terakhir di Kashmir yang dikelola India terjadi di Pulwama pada 2019, ketika pemberontak menabrakkan mobil bermuatan bahan peledak ke konvoi polisi, menewaskan 40 orang dan melukai 35 lainnya.

Dua belas hari kemudian, jet tempur India melancarkan serangan udara di wilayah Pakistan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya