Pemerintah Bakal Kenakan Pungutan Kebersihan ke Turis

Dana hasil pungutan akan digunakan untuk pembersihan lingkungan di lokasi pariwisata.

oleh Merdeka.com diperbarui 30 Nov 2018, 14:20 WIB
Diterbitkan 30 Nov 2018, 14:20 WIB
Sampah Kiriman di Perairan Kepulauan Seribu
Sampah kiriman mengotori perairan Kepulauan Seribu di sekitar Pulau Pari dan Pulau Pramuka, Rabu (28/11). Sampah itu terbawa arus laut dan terdampar akibat angin serta hujan deras yang melanda daratan Pulau Jawa. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, pemerintah akan mengenakan pungutan bagi wisatawan, baik asing maupun domestik. Pengenaan pungutan ini diberlakukan untuk wilayah pariwisata.

Mantan Kepala Staf Kepresidenan ini menyampaikan bahwa besaran pungutan akan dibedakan antara dua kelompok wisatawan tersebut.

"Kalau turis asing sekitar USD 10. Kalau lokal mungkin USD 1. Tapi dimasukkan dalam tiket atau di hotel dia nginap. Sehingag nanti bisa dikelola oleh Pemda dengan benar," kata dia, di Kantornya, Jakarta, Jumat (30/11/2018).

Dia menegaskan bahwa penanganan sampah plastik mendapatkan perhatian besar dari Pemerintah. Sebab telah ditemukan kasus-kasus rusaknya keanekaragaman hayati akibat sampah plastik.

"Sampah plastik ini saya serius. Kemarin Pulau Pari di Kepulauan Seribu, ikan, penyu mati karena limbah di sana," tegasnya.

Dana hasil pungutan tersebut, kata dia, akan digunakan kembali untuk pembersihan lingkungan di lokasi pariwisata.

"Uang itu akan kita gunakan untuk pembersihan. Sehingga dengan Perpres waste to energy dan ini, maka akan ada perubahan besar ke depan dalam penanganan sampah," tandas Luhut.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Sampah Plastik Ditemukan pada Mulut Penyu Mati di Pulau Pari

Penyu ditemukan mati mengambang di perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta. (Ist)
Penyu ditemukan mati mengambang di perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta. (Ist)

Sebelumnya, 3 penyu ditemukan mati mengambang di perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta. Penyu-penyu itu mati akibat sampah plastik dan minyak mentah yang mencemari laut.

"Memang benar pada 27 November 2018 ditemukan tiga  penyu mati. Tapi kondisinya sudah membusuk, jadi tidak dievakuasi ke darat. Sudah tertutup lendir, di mulutnya sudah ada plastik begitu juga dengan sela-sela kaki depannya," ujar Kepala Seksi Konservasi Wilayah III Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DKI Jakarta, Ida Harwati di Jakarta, Rabu (28/11/2018).

Ida menjelaskan, kematian penyu jenis sisik itu belum bisa dipastikan karena tidak dilakukan pembedahan. Namun pihaknya yakin penyu mati akibat sampah plastik dan tumpahan minyak yang berada di sekelilingnya.

Menurut Ida, pihaknya tidak pernah menerima laporan penyu mati dari Januari hingga November 2018. "Kami baru dapat infonya baru Selasa ini, mungkin matinya dari kemarin karena saat ditemukan kondisinya sudah membusuk, dua hari mungkin," kata dia seperti dilansir Antara.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya