Jokowi: Zaman Now Butuh Pemimpin yang Terbuka

Menurut Jokowi, seorang pemimpin harus bisa merespons secara cepat perubahan global.

oleh Bawono Yadika diperbarui 03 Des 2018, 11:00 WIB
Diterbitkan 03 Des 2018, 11:00 WIB
Jokowi Bertemu Masyarakat Kreatif Bandung
Calon Presiden Nomor Urut 01 Joko Widodo berdiskusi dengan masyarakat kreatif Bandung di Simpul Space, BandungSabtu (10/11). Jokowi berdialog dengan masyarakat kreatif Bandung dalam upaya mengembangkan ekonomi digital. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, sosok pemimpin yang dibutuhkan di era sekarang ialah pemimpin yang terbuka (open minded). Hal ini penting untuk dilakukan mengingat ketidakpastian global terus bergejolak.

"Sekarang itu dibutuhkan pemimpin-pemimpin yang open minded, merespons secara cepat perubahan global. Kalau kita masih ruwet sama birokrasi, ketinggalan betul nanti kita," ucapnya di acara CEO Networking 2018 di Ritz Carlton, Jakarta, Senin (03/12/2018).

Pada kesempatan ini, Jokowi juga menyinggung persoalan defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) yang tengah terjadi di RI. Menurutnya, CAD adalah salah satu persoalan yang cenderung lamban untuk dieksekusi.

"Ini sudah berpuluh tahun lamanya bahwa problem besar kita adalah CAD. Kita tahu, tapi kita tidak pernah mengeksekusi masalahnya sehingga dalam 2 tahun ini saya terus berkonsentrasi di sini," ujarnya.

"Negara kita itu sumber daya alamnya (SDA) melimpah seperti batu bara, bauksit, ikan. Pabrik kita mengimpor ton alumina. Padahal kuncinya industrialisasi dan hilirisasi, kita tahu tapi kita tak pernah mengerjakan," Jokowi menambahkan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Industri alumina

Aluminium
Ilustrasi Foto Aluminium (iStockphoto)

Jokowi mengungkapkan, Industri alumina dapat dioptimalkan untuk mengurangi dampak pelebaran CAD.

"Kalau kita sejak dulu membangun industri alumina, maka impor tidak perlu terjadi karena pengaruhnya pada CAD. Kalau sejak dulu ada hilirisasi, itu bisa untuk LPG bisa, bisa untuk avtur. Tapi kenapa tidak dilakukan hilirisasi itu, karena kita keenakan kirim bahan mentah terus dapat uang," paparnya.

Jokowi menekankan, hilirasi merupakan kunci untuk menyelesaikan persoalan yang ada. "Kalau kita belum siap teknologi, beli aja, cari aja. Selalu saya dorong, menyelesaikannya memang tidak mudah. Sekali lagi hilirisasi," tandasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya