Liputan6.com, Jakarta PT Reliance Sekuritas (RELI) menilai prospek saham para produsen minyak sawit (crude palm oil/CPO) layak dicermati, seiring harganya yang mulai stabil setelah fluktuatif selama dua bulan. Meski begitu, RELI masih menyarankan untuk melakukan trading jangka pendek untuk saham komoditas.
Kepala Riset RELI Lanjar Nafi menjelaskan, aksi pemerintah yang melahirkan kebijakan pro CPO secara agresif, seperti penambahan kadar CPO ke biodisel (B20) dan pembebasan tarif ekspor maupun impor berdampak ke saham komoditas ini.
Advertisement
Baca Juga
“Aksi ini guna mendukung pengurangan stok persediaan CPO yang melimpah dari kedua negara penghasil CPO terbesar dunia yakni Malaysia dan Indonesia,” kata Lanjar, Jumat (14/12/2018).
Sehingga, dikatakan selama pemerintah terus memberikan intervensi menggunakan kebijakan yang pro terhadap produsen CPO dan mempermudah distribusi CPO dalam negeri guna memenuhi target B20 pada biodisel, harga saham akan terus membaik di tahun depan.
“Outlook saham-saham produsen CPO akan lebih membaik di tahun depan meskipun dengan stok persediaan yang relatif tinggi,” jelas dia.
Saham komoditas, terutama yang berbasis CPO naik imbas optimisme awal rencana dari kebijakan pemerintah mengenai kebijakan pencampuran 20 persen minyak sawit ke BBM jenis solar yang akan berlaku pada solar subsidi dan solar non-subsidi. Pemerintah pun mampu berhemat devisa dalam impor minyak dengan target U$ 2,3 miliar hingga akhir tahun.
Sehingga investor berspekulasi kebijakan ini akan menambah permintaan dan konsumsi kelapa sawit dalam negeri sehingga berpengaruh pada kenaikan harga CPO di dalam negeri yang menguntungkan para produsen CPO.
Kendala
Namun, Lanjar tetap mewanti-wanti, karena setelah diberlakukannya kebijakan B20, ternyata terdapat berbagai kendala dalam sistem pengangkutan kapal dan distribusi. Kemudian adanya pro dan kontra terhadap mesin mobil solar. Ada klaim jika dengan memakai B20 akan memperpendek umur filter bahan bakar.
"Hal tersebut yang mendasari alasan investor untuk melakukan aksi profit taking pada September lalu, setelah pada bulan Agustus harga saham komoditas menguat signifikan," ucapnya.
Secara historis, tren bearish dengan kondisi terkoreksi masih cukup membayangi saham-saham produsen CPO dalam negeri. Akibat sentimen dari ketegangan perdagangan China dan Produksi minyak kelapa sawit yang lebih banyak dari perkiraan, berpotensi oversupply sehingga akan mengalami permintaan ekspor minyak kelapa sawit yang berlebihan.
Ke depan, pergerakan harga saham komoditas, akan sangat dipengaruhi oleh implementasi kebijakan B20 pemerintah dalam fase distribusi jika terdapat perbaikan.
Selagi menunggu implementasi kebijakan B20 yang sempurna, pergerakan kinerja saham komoditas CPO ini akan kembali berkiblat pada polemik produksi CPO, aktivitas permintaan impor dan ekspor, hingga pengaruh terhadap harganya sendiri.
Advertisement