Industri Pariwisata Sumbang Devisa Tertinggi Setelah CPO

Menteri Pariwisata Arief Yahya memproyeksikan hasil devisa sektor pariwisata sepanjang 2018 dapat mencapai USD 17 miliar.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Feb 2019, 15:30 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2019, 15:30 WIB
Libur Akhir Tahun, Okupansi Hotel Naik Drastis
Menteri Pariwisata Arief Yahya optimis okupansi pada perayaan akhir tahun bisa tembus di angka 90-100 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pariwisata Arief Yahya memproyeksikan hasil devisa sektor pariwisata sepanjang 2018 dapat mencapai USD 17 miliar. Angka ini lebih besar apabila dibandingkan devisa sektor pariwisata pada 2017.

"Devisa pariwisata 2018 diproyeksikan USD 17 miliar, tahun 2017 itu tercatat USD 15 miliar," katanya saat ditemui di Kantor Wakil Presiden Jusuf Kalla, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Rabu (13/2/2019).

Ia memperkirakan, devisa dari sektor pariwisata ini juga terbesar setelah komoditas CPO. "Kemungkinan pariwisata sudah menjadi penghasil devisa yang terbesar, karena kan nomor satu adalah CPO yang sekitar USD 17 miliar," katanya.

Seperti diketahui, beberapa hal yang dilakukan pemerintah untuk menggenjot industri pariwisata adalah memperluas promosi dan pemasaran, pengembangan destinasi-destinasi wisata yang baru serta pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

Ketiga terobosan tersebut terbukti mampu mendongkrak jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia.

"Kalau pemasaran sudah tahu salah satu paling tinggi tumbuhnya di dunia. Di 2016 ke 2017 tumbuh tinggi 22 persen. Tahun ini diharapkan tumbuh 20 persen namun sampai Juni tumbuh 14 persen. Baru dapat 7,5 juta kunjungan dari harapan 17 juta kunjungan. Kalau 7,5 juta kunjungan dikalikan dua angka yang didapat 15 juta kunjungan, aman. Tapi target 17 juta." ujarnya beberapa waktu lalu.

Reporter: Dwi Aditya Putra

Sumber: Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Jokowi Perintahkan Menteri PUPR Kebut Pembangunan 4 Tujuan Wisata Prioritas

Presiden Jokowi Resmikan 4 Ruas Tol Trans Jawa
Presiden Joko Widodo didampingi Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dan Seskab Pramono Anung meninjau ruas jalan Trans Jawa seusai peresmian di Jawa Timur, Kamis (20/12). Jokowi meresmikan empat ruas tol Trans Jawa seksi Jawa Timur (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan bahwa sektor pariwisata Indonesia telah mendapat pengakuan dunia. Pengakuan tersebut tentu saja bisa menjadi modal untuk mendorong devisa. 

Namun sayangnya, Jokowi melihat ada beberapa destinasi wisata yang belum siap untuk menerima kunjungan wisatawan asing. Oleh karena itu, ia pun memerintahkan kepada Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono untuk segera membangun infrastruktur di destinasi wisata prioritas. 

Dikutip dari akun resmi instagram Presiden Joko Widodo, Rabu (13/2/2019), berikut isi perintah lengkap Jokowi kepada Menteri PUPR:

"Indonesia masuk dalam enam besar negara terindah di dunia, kemudian jadi 10 besar negara yang wajib dikunjungi. Dengan modal itu saja, devisa pariwisata sudah mencapai USD17 miliar.

Akan tetapi, di depan para anggota Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia di Jakarta, semalam, saya menyampaikan bahwa pariwisata Indonesia masih perlu digarap agar bisa memberikan devisa yang lebih besar lagi, bahkan melebihi sektor-sektor lain yang selama ini menjadi unggulan.

Pertanyaannya, produknya sudah siap belum? Saya lihat destinasinya belum siap.

Karena itulah, saya memerintahkan Menteri PUPR untuk konsentrasi menggarap empat destinasi pariwisata prioritas dari 10 Bali Baru yang infrastrukturnya sedang dikembangkan yaitu Mandalika, Danau Toba, Labuan Bajo, dan Borobudur.

Bahkan sebenarnya infrastruktur yang dibangun besar-besaran empat tahun ini, dari jalan sampai pasokan listrik, adalah untuk memudahkan akses dan pengembangan pariwisata di negara kita."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya